Bagikan:

JAKARTA – Jangan pernah meragukan solidaritas warganet Indonesia di media sosial. Netizen Indonesia pernah disebut sebagai yang paling tidak sopan se-Asia Tenggara, tapi di lain waktu jari-jari warganet juga bisa juga membuat seseorang terkenal.

Hal ini yang sedang dialami Joel Kojo, penyerang Kirgistan yang mendadak jadi perbincangan warganet. Ia dianggap sebagai pahlawan yang mengantar Timnas Indonesia melenggang ke babak 16 besar Piala Asia 2023.

Penyerang kelahiran 21 Agustus 1998 ini mencetak gol di pertandingan terakhir penyisihan grup melawan Oman. Ia memanfatkan kesalahan lini belakang lawan dan menceploskan bola dari sudut sempit, sehingga laga Oman vs Kirgistan berakhir imbang 1-1.

Bagi Kirgistan, skor imbang membuat mereka harus angkat koper. Tapi tidak dengan Indonesia. Gol Joel Kojo justru mengantar Pratama Arhan dkk menciptakan sejarah dengan melenggang ke 16 besar Piala Asia untuk pertama kalinya.

Indonesia lolos ke babak gugur sebagai satu dari empat tim yang menempati peringkat tiga terbaik di fase grup.

Mengingat betapa berharganya gol Joel Kojo, netizen langsung menggeruduk kolom komentar sang pemain. Hampir semua dari mereka menghaturkan rasa terima kasih, karena golnya telah membantu Tim Garuda mencetak sejarah.

“Alhamdulillah, thanks brother @kojo_joel_10,” tulis artis Teuku Wisnu di kolom komentar Instagram Joel Kojo.

Lain lagi dengan akun @mlyani_yu, yang membanding-bandingkan Joel Kojo dengan dua pemain terbaik dunia, Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.

“Dulu aku sangat terpukau dengan penampilan Ronaldo dan Messi, tapi sekarang aku baru sadar kalau Joel Kojo lah Goat sesungguhnya”.

Follower Instagram Joel Kojo pun melonjak drastis. Sesaat setelah Timnas Indonesia lolos ke 16 besar Piala Asia 2023, pengikut Joel Kojo masih di angka 10 ribuan. Namun popularitasnya terus naik, seiring dengan pengikutnya. Hingga Sabtu (27/1/2024) pukul 11.22, Joel Kojo memiliki 231 ribu pengikut Instagram. Lima unggahan terakhirnya pun mendadak dipenuhi hingga puluhan ribu komentar dari netizen Indonesia.

Bisa Bikin Akun Hilang

Joel Kojo hanya satu di antara tokoh yang merasakan kehebatan jari netizen Indonesia. Bisa dibilang ia cukup beruntung, warganet menghujani kolom komentarnya dengan kata-kata positif. Karena, netizen Tanah Air tak segan bersikap sebaliknya jika ada tokoh atau siapa pun yang dianggap merugikan Indonesia.

Akun resmi ajang bulu tangkis ternama, All England, pernah dibuat lenyap gara-gara ganasnya jari netizen Indonesia. Sebelum menghilang, Instagram All England sempat dibanjiri komentar negatif pecinta bulu tangkis di Tanah Air.

Hal ini terjadi karena penggemar bulu tangkis merasa kecewa setelah tim Indonesia dipaksa mundur dari ajang All England 2021. Jonathan Cristie dan kawan-kawan terpaksa mundur karena sempat berada satu pesawat dengan penumpang positif Covid-19. Informasi tersebut didapat tim bulu tangkis Indonesia dari otoritas kesehatan Inggris, National Health Service (NHS).

Timnas Indonesia mencetak sejarah dengan lolos ke babak 16 besar Piala Asia 2023. (Instagram @pssi)

Usai berita Tim Indonesia dicoret dari kompetisi, akun All England dan Federasi Sepak bola Dunia (BWF) diserang netizen. Jika All England menutup akunnya, BWF hanya menutup kolom komentar akibat tak kuat dengan hujatan netizen.

Cerita yang sama juga dialami pemain Thailand U-23, Jonathan Khemdeem, setelah pertandingan semi-final Sea Games 2022. Menjelang akhir laga, Jonathan Khemdeem dianggap melakukan provokasi kepada pemain-pemain Indonesia. Aksi tersebut rupanya membuat pemain Indonesia terpancing, sehingga aksi saling dorong tak terelakkan, dan berujung empat kartu merah, tiga di antaranya didapat pemain Indonesia.

Provokasi Khemdee rupanya menyulut kemarahan warganet. Imbasnya, instragram pribadi Khemdee dibanjiri hujatan dari netizen. Selain itu, mereka juga melakukan report masal yang berujung penutupan akun.

Solidaritas Tinggi

Kebiasaan orang Indonesia yang senang berkumpul atau meriung untuk ngobrol di dunia nyata, rupanya terbawa hingga ke dunia maya. Sehingga, kebiasaan inilah yang menurut Pakar Komunikasi Digital Firman Kurniawan membuat netizen Indonesia kerap menyerbu akun media sosial.

“Namun kenyataannya, bahwa netizen di berbagai dunia bereaksi bersama-sama secara masif dan membuat jera, sesungguhnya bukan fenomena baru,” kata Firman.

Dikatakan Firman, pengguna internet Indonesia mencapai 202 juta dengan 170 juta di antaranya aktif menggunakan media sosial. Masifnya gerakan yang ditimbulkan oleh kumpulan orang itu, kata dia sangat mampu membangun perhatian berbagai pihak.

Netizen Indonesia terkenal memiliki solidaritas tinggi di dunia maya. (Unsplash/Cedric Wesche)

Lalu, apakah jari-jari warganet Indonesia memberikan dampak positif atau negatif? Firman menjelaskan, perlu melihat substansi dan caranya untuk menilai apakah tindakan warganet Indonesia positif atau negatif.

Jika yang dibela adalah kepentingan Indonesia yang diperlakukan tidak adil, tentu bernilai positif. Tapi, ia menegaskan dalam berkomentar di media sosial juga diperlukan etika, sehingga tak perlu mencaki maki.

Paling Tidak Sopan di Asia Tenggara

Meski warganet Indonesia diakui memiliki solidaritas yang tinggi, nyatanya netizen dalam negeri menempati urutan terbawah di Asia Tenggara dalam laporan Digital Civility Index (DCI) yang dirilis Microsoft pada Februari 2021. Artinya, netizen Indonesia mendapat predikat paling tidak sopan di wilayah tersebut.

Riset Microsoft ini mengukur tingkat kesopanan pengguna internet sepanjang 2020. Hasilnya, Indonesia menduduki peringkat ke-29 dari 32 negara yang disurvei, dan terendah di Asia Tenggara.

Indonesia kalah dari Vietnam yang berada di urutan ke-24, sementara Thailand menempati peringkat ke-19 dan Filipina di posisi 13. Singapura dan Malaysia disebut sebagai negara teladan di Asia Tenggara, masing-masing menempati peringkat empat dan dua.

Mendapat predikat netizen paling tidak sopan se-Asia Tenggara jelas bukan prestasi membanggakan. Apa yang terjadi berikutnya bisa diprediksi, yaitu kolom komentar akun Microsoft dinonaktifkan setelah dibanjiri kometar dari netizen yang tak terima dengan hasil survei tersebut.

Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof. Ahmad M. Ramli mengatakan, laporan ini menjadi cerminan pemerintah. Ia mendesak pemerintah mulai menata ekosistem pengguna internet yang baik.

"Kita bangun sinyal sedemikian rupa hebatnya, sehingga semua bisa terkoneksi. Ekosistem juga harus kita bangun, sosial budaya dan etika harus kita jaga," ungkap Prof. Ramli dilansir laman resmi Unpad.