Food Safety Sering Diabaikan, Padahal Keamanan Pangan Sangat Penting untuk Cegah Stunting
Mahasiswa FK Ubaya Surabaya saat melakukan kampanye stunting untuk anak usia dini melalui food art di kampus setempat, Rabu (24/1/2024). (Antara/HO-Humas Ubaya)

Bagikan:

JAKARTA – Memberi makanan dengan gizi seimbang merupakan salah satu cara untuk mencegah stunting. Namun, orang seringkali lupa bahwa ada hal lainnya yang tak kalah penting, yaitu menjaga keamanan pangan.

Keamanan pangan termasuk salah satu hal yang sering diabaikan orang, padahal memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang anak. Karena itulah, keamanan pangan disebut memiliki implikasi tidak hanya untuk saat ini, tapi juga memiliki andil untuk jangka panjang.

Dalam webinar yang diselenggarakan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Kamis (25/1/2024), dr. Yoga Devaera, Sp. A(K) mengingatkan pentingnya keamanan pangan dengan pertumbuhan anak.

Bahan pangan harus dicuci bersih sebelum memasuki proses pemasakan. (eatright.org)

“Ada satu hal yang tidak boleh dilupakan bahwa seorang anak bisa mengalami perlambatan pertumbuhan, salah satu faktornya risikonya berkaitan dengan keamanan pangan,” kata Yoga dalam diskusi daring bertajuk Food Safety: Safe Food for Better Tomorrow.

Secara sederhana, pangan yang aman adalah pangan yang terbebas dari mikroba, bahan kimia, dan bahan berbahaya sehingga apabila dikonsumsi oleh manusia tidak akan menimbulkan gangguan kesehatan.

Terpengaruh Mitos

Bicara tentang pangan, ada dua hal penting yang harus diperhatikan. Pertama adalah soal kandungan gizi maupun nutrisinya, agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia sesuai dengan siklus hidupnya. Kedua, selain kandungan gizi, keamanan pangan juga memiliki peranan penting karena berdampak langsung pada kesehatan manusia di segala usia.

Mengutip Dinas Kesehatan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat, keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan tiga cemaran, yaitu cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi.

Meski memiliki peranan penting, faktanya keamanan pangan sering diabaikan bahkan mulai dari tingkat rumah tangga. Hal ini terjadi karena sejumlah faktor, di antaranya keyakinan mengenai mitos soal keamanan pangan, yang sudah terjadi secara turun temurun.

Ilustrasi memasak. (Antara/Maarten van den Heuvel dari Pexels)

“Contohnya orang merasa aman mengonsumsi makanan hanya dengan mengandalkan tampilan atau baunya. Padahal mikroorganisme yang dapat membuat Anda sakit tidak selalu mengubah tampilan atau bau makanan," kata Yoga menjelaskan.

Selain itu mitos bahwa makanan masih aman dikonsumsi setelah jatuh kurang dari lima detik juga dibantah Yoga. Menurutnya, mikroorganisme dapat ditransfer ke makanan dengan cepat.

Berkaitan dengan Stunting

Dalam kesempatan yang sama, Yoga juga mengingatkan pentingnya menjaga keamanan pangan terutama untuk anak, karena memiliki peran penting dalam mencegah stunting. Ia menjelaskan, makanan anak yang tidak terjaga kebersihannya dapat menjadi salah satu pemicu keterlambatan pertumbuhan atau yang dikenal dengan sebutan stunting.

“Salah satu faktor non-nutrisi yang berkontribusi besar pada stunting adalah masalah kebersihan,” ujar Yoga menjelaskan.

Mengapa keamanan pangan bisa menjadi faktor risiko stunting? Stunting atau gagal tumbuh bisa sangat erat kaitannya dengan keamanan pangan. Ini karena makanan yang tercemar, yang tidak aman, bisa menyebabkan anak sakit, dan salah satu penyakit umum yang diderita anak adalah diare.

“Menjaga keamanan pangan memiliki kontribusi terhadap pencegahan stunting. Di daerah yang kurang beruntung, yang kurang bersih, risiko anak mengalami stunting tinggi. Karena ketika keamanan pangan tidak terjadi, maka salah satunya dapat menyebabkan diare,” kata Yoga lagi.

Keamanan pangan anak salah satu faktor risiko stunting yang harus diperhatikan. (Pixabay)

Dijelaskan Yoga, diare adalah suatu siklus tidak menyenangkan untuk pertumbuhan anak karena membuat nafsu makan anak menurun.

“Diare juga bisa menghambat absorpsi atau penyerapan makanan yang tentu ujung-ujungnya membuat anak menjadi kurang gizi dan bisa berlanjut kalau tidak dilakukan intervensi,” tutur Yoga.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), anak-anak berusia di bawah lima tahun di seluruh dunia berisiko lebih tinggi mengalami malnutrisi dan kematian karena pangan yang tidak aman. WHO mengatakan sebanyak 147 juta anak memiliki tinggi badan yang pendek, tidak sesuai dengan usia mereka dan 45 juta anak lainnya memiliki berat badan rendah, tidak sesuai dengan tinggi badan mereka. Selain itu, pangan yang tidak aman juga menyebabkan satu dari 10 kematian akibat diare, penyebab utama kematian untuk kelompok usia ini.

Penyakit akibat keamanan pangan yang tidak dijaga bisa menyerang semua kalangan usia. Namun pada usia tertentu, seperti balita dan lanjut usia, memiliki risiko sakit lebih tinggi.

“Dari data WHO, penyakit akibat pangan yang tercemar bisa mengenai satu dari 10 orang. Setidaknya dalam satu tahun, dua orang pasti pernah kena penyakit akibat terkontaminasi pangan dan 40 persen kasus keracunan makanan terjadi pada balita,” pungkasnya.

Untuk itu, Yoga membeberkan lima kunci utama keamanan pangan yaitu menjaga kebersihan, memisahkan pangan mentah dari pangan matang, memasak pangan dengan tepat, menjaga pangan pada suhu aman, serta menggunakan air dan bahan baku yang aman.