JAKARTA – Kabar mengejutkan datang dari mantan pelatih Tim Nasional Inggris Sven-Goran Eriksson. Ia mengaku baru saja didiagnosa terminal cancer atau kanker terminal dan menurut dokter jatah hidupnya di dunia hanya tinggal satu tahun.
Eriksson, yang menukangi the Three Lions selama lima tahun sebelum hengkang setelah Piala Dunia 2006, undur dari perannya sebagai direktur olahraga klub Swedia, Karlstad, 11 bulan lalu karena masalah kesehatan.
Kepada stasiun Radio Swedia P1, Eriksson berujar: “Semua orang dapat melihat saya memiliki penyakit yang tidak bagus, dan semua orang mengira ini kanker, dan memang demikian adanya. Tapi saya harus berjuang selama mungkin.
Sad news this morning. Thoughts are with Sven Goran-Eriksson and his family. A brilliant coach and a special person. Loved and respected by everyone. We’re all with you Sven, keep fighting ❤️💪
— Wayne Rooney (@WayneRooney) January 11, 2024
“Saya tahu dalam kasus terbaik (waktu saya) adalah sekitar satu tahun, dan dalam kasus terburuk bahkan kurang dari itu. Atau dalam kasus terbaik, saya kira lebih lama lagi. Saya rasa dokter yang saya temui tidak dapat sepenuhnya yakin,” Eriksson menambahkan.
Eriksson didiagnosa kanker terminal setelah ia kolaps usai lari sejauh lima kilometer sehari sebelumnya. Padahal, ia tidak memiliki keluhan apa pun. Dokter juga mengatakan ia mengalami stroke.
Beda dengan Stadium Akhir
Melansir Medical News Today, kanker terminal, yang kadang disebut kanker stadium akhir, adalah tipe kanker yang tidak dapat diobati atau disembuhkan oleh dokter. Sederhananya, kanker terminal sudah tidak merespons pengobatan apa pun dan dokter juga tidak bisa memperlambat progresnya. Perawatan tidak dapat memperpanjang masa hidup penderita kanker terminal secara signifikan.
“Dokter mungkin tidak mengharapkan seseorang dengan kanker terminal untuk hidup melebihi jangka waktu tertentu. Tujuan pengobatan dapat beralih dari mengobati kanker menjadi mengurangi keparahan gejala,” tulis Medical News Today.
Kanker tipe apa pun dapat menjadi kanker terminal, dan dalam kasus Eriksson, ia menderita kanker pankreas. Bagi sebagian orang, kanker stadium akhir dan terminal sama, padahal kenyataannya istilah tersebut memiliki arti berbeda. Seperti halnya kanker terminal, kanker stadium akhir juga tidak dapat diobati.
“Tapi ini (kanker stadium akhir) merespons pengobatan, yang bisa memperlambat progresnya. Sementara kanker terminal sama sekali tidak merespons pengobatan. Alhasil, mengobati penderita kanker terminal hanya fokus membuat seseorang senyaman mungkin,” demikian mengutip Healthline.
Meski Eriksson mengaku sisa waktunya hanya tinggal setahun, namun pada dasarnya lamanya waktu seseorang dapat bertahan hidup dengan kanker terminal dapat bervariasi. Dokter akan mempertimbangkan berbagai faktor sebelum memperkirakan harapan hidup seseorang.
Seperti telah dijelaskan, kanker terminal tidak akan merespons terhadap pengobatan apa pun. Tapi, menurut penelitian ada sejumlah kasus di mana seseorang berhasil bertahan dari kanker terminal lebih lama dari estimasi dokter.
“Namun dalam kebanyakan kasus, diagnosis kanker stadium akhir berarti seseorang tidak akan dapat bertahan hidup,” tulis Medical News Today.
Menerima Emosi
Menerima kabar buruk perihal kanker terminal pasti menimbulkan beragam reaksi, meski dalam waktu singkat. Awalnya seseorang mungkin merasa marah atau sedih, namun kemudian bisa berubah menjadi sedikit lega. Sebagian mungkin akan khawatir karena harus meninggalkan orang yang dicintai, sebagian lainnya mungkin merasa mati rasa sepenuhnya. Berbagai emosi yang dirasakan ketika mengetahui menderita kanker terminal adalah hal yang wajar.
“Lebih baik untuk tidak memikirkannya. Anda harus mengelabui otak Anda. Saya bisa saja memikirkan ini sepanjang waktu dan duduk di rumah dan merasa sengsara dan berpikir saya tidak beruntung dan seterusnya,” kata Eriksson setelah dokter memvonis dirinya menderita kanker terminal.
“Mudah saja berakhir di posisi itu. Tapi tidak, lihatlah sisi positifnya dan jangan mengubur diri Anda dalam kemunduran, karena ini adalah kemunduran terbesar dari semuanya,” imbuh pria yang membawa Lazio menyabet Scudetto kedua pada 2000.
Para ahli sepakat, memberi waktu kepada diri sendiri untuk menerima perasaan adalah hal yang perlu dilakukan setelah didiagnonis kanker terminal. Selain itu, mereka juga mendorong orang dengan kanker terminal untuk tidak ragu mencari dukungan dari teman dan keluarga.
Setelah kabar penyakit Eriksson tersebar di media, banjir dukungan diberikan kepada pria asal Swedia tersebut, salah satunya Wayne Rooney yang menyebut Eriksson “orang spesial”. Mantan striker Manchester United ini tampil menonjol di gelaran Piala Eropa 2004 setelah ia mendapat debut internasional oleh Eriksson di tahun sebelumnya.
“Berita sedih pagi ini. Pikiran tertuju pada Sven-Goran Eriksson dan keluarganya. Pelatih yang brilian dan orang yang spesial. Dicintai dan dihormati semua orang. Kami semua bersamamu Sven, teruslah berjuang,” tulis Rooney di akun X.
BACA JUGA:
Memang benar, tidak ada cara yang tepat untuk merespons diagnosis kanker terminal dari dokter. Perasan bingung, marah, takut, lelah mungkin menghampiri. Dan semua itu wajar. Sebagian orang mungkin berduka karena tak bisa memenuhi rencana-rencana hidupnya, sebagian lagi cemas harus meninggalkan orang terkasih atau kehilangan suatu kebiasaan yang bisa mereka lakukan selama bertahun-tahun.
Di satu sisi, duduk menyendiri dan fokus pada diri sendiri mungkin dianggap sebagai cara terbaik untuk melewati kabar menyedihkan. Tapi di sisi lain, tidak ada salahnya juga jika mungkin akan merasa lebih baik jika mereka menghubungi teman atau orang tersayang.