Bagikan:

JAKARTA – Menyusui seharusnya menjadi momen membahagiakan bagi ibu dan anak. Menyusui adalah sebuah perjalanan magis selama kurang lebih dua tahun lamanya.

Namun kenyataannya perjalanan menyusui tidak selalu mudah. Berbagai rintangan kerap dialami ibu, terutama mereka yang pertama kali menyusui. Mulai dari air susu ibu (ASI) yang tidak langsung keluar setelah melahirkan, mengalami baby blues, hingga rundungan orang-orang terhadap ibu yang menyusui.

Bullying atau perundungan terhadap ibu menyusui bisa terjadi kepada siapa saja dan kapan saja. Dan, hal ini dialami influencer Denise Chariesta setelah ia mengunggah konten menyusui bayinya di kanal YouTube miliknya pada 14 November silam.

Influencer Denise Chariesta mengunggah foto kebersamaan dengan bayinya. (Instagram/@denisechariesta91)

Denise Chariesta digeruduk komentar bertendensi buruk karena dalam video unggahannya terlihat bagian payudara tanpa sensor ketika memberikan ASI kepada anaknya. Hal inilah yang menjadi permasalahan bagi warganet, meski Denise sebenarnya tampak segera menutupi payudaranya begitu menyadari bagian tubuhnya terlihat.

YouTube sendiri telah mengumumkan perubahan pedoman untuk konten dewasa spesifik untuk konten menyusui.

“Konten menyusui di mana terdapat anaknya, bahkan dengan bagian areola yang terlihat, sekarang bisa mendapatkan pemasukan iklan. Sebelumnya, konten seperti ini hanya bisa diuangkan jika tidak ada areola yang terlihat,” demikian ditulis kanal YouTube.

Payudara sebagai Objek Seksualitas

Apa yang dialami Denise Chariesta mungkin juga dialami oleh banyak ibu lainnya di Indonesia, meski bukan dalam bentuk unggahan video di media sosial. Menyusui di tempat umum masih dianggap tabu bagi sebagian orang. Padahal manfaat menyusui sedang gencar digalakkan di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. 

Menyusui di tempat umum seringkali dianggap sebagai kegiatan yang tidak menyalahi norma, meski sekarang ini banyak sekali pegiat ASI yang mendorong para ibu untuk tetap memberikan hak anak, yaitu menyusui, di mana pun berada. 

Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia, Nia Umar, mengaku prihatin konten menyusui dari influencer Denise Chariesta justru dijadikan bulan-bulanan warganet. Nia mengatakan, masih banyak masyarakat Indonesia yang menganggap payudara semata-mata sebagai objek seksualitas.

“Sebenarnya kan organ tubuh payudara tujuan utamanya adalah untuk memberikan asupan bagi bayinya. Pada manusia, payudara memiliki makna lain, berbeda dengan mamalia lainnya. Organ payudara menjadi punya makna beragam,” kata Nia.

Model sekaligus istri penyanyi John Legend, Chrissy Teigen, juga sering mendapat rundungan ketika mengunggah foto menyusuinya. (Instagram/@chrissyteigen). 

Sebagai pegiat ASI, Nia sendiri mengaku sering mendapat pertanyaan “menjurus” ketika melakukan presentasi mengenai kampanye ASI. Namun, Nia berusaha untuk tidak terpancing dengan pertanyaan-pertanyaan yang menjurus tersebut.

Senada dengan Nia, Rahmat Hidayat selaku co-founder AyahASI Indonesia, sebuah inisiatif sosial untuk meningkatkan keterlibatan suami mendukung istrinya dalam proses menyusui, mengatakan masih banyak masyarakat yang tidak memberikan dukungan optimal kepada ibu menyusui.

"Sayangnya, sejak masa muda, kebanyakan laki-laki hanya mengenal payudara untuk fungsi seksual, ketika terpapar payudara untuk menyusui, sudut pandangnya masih seksual, jadi komentarnya, ya, seksis sekali," ujar Rahmat.

"Pekerjaan rumah kita semua nih untuk memberikan pemahaman bahwa menyusui adalah sesederhana memberikan makan kepada anak," kata Rahmat lagi.

Unggahan foto atau video menyusui yang mendapat komentar negatif tidak hanya dialami Denise. Model sekaligus istri penyanyi kondang John Legend, Chrissy Teigen juga sering mendapat komentar nyinyir ketika membagikan foto menyusuinya di media sosial.

Artis luar negeri lainnya yang juga senang mengunggah foto menyusui adalah Liv Tyler, juga penyanyi asal Kanada, Alanis Morissette berbagi foto kenangan di Instagram dengan tagar Throw back Thursday.

Semua Bayi Berhak Mendapat ASI

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyusui adalah salah satu cara paling efektif untuk menjamin kesehatan dan kelangsungan hidup anak. WHO juga menyebut ASI merupakan makanan ideal untuk bayi. ASI bersifat aman, bersih, dan mengandung antibodi yang membantu melindungi terhadap banyak penyakit umum pada masa kanak-kanak.

WHO dan UNICEF merekomendasikan inisiasi menyusui dini (IMD) pada satu jam pertama setelah bayi dilahirkan. Pemberian ASI eksklusif dilanjutkan di enam bulan pertama, yang artinya tanpa makanan maupun cairan lainnya untuk bayi, termasuk air putih.

Pemberian ASI dilanjutkan untuk bayi di atas enam bulan, sesuai dengan permintaan si bayi, dan ditambah makanan pendamping ASI. WHO juga menuturkan ASI sebaiknya dilanjutkan hingga anak berusia dua tahun atau lebih.

ASI tidak hanya memberikan manfaat yang begitu besar untuk anak, tapi juga ibu yang menyusui. Salah satu manfaat ASI untuk anak adalah mencegah kelebihan berat badan atau obesitas.

“Anak-anak yang mendapat ASI memiliki kinerja lebih baik dalam tes kecerdasan, kecil kemungkinan mengalami obesitas, dan kecil kemungkinan terkena diabetes di kemudian hari,” demikian dikutip dari laman resmi WHO.

“Wanita yang menyusui juga memiliki penurunan risiko kanker payudara dan ovarium,” katanya lagi.

Di Indonesia sendiri, pemenuhan hak bayi diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Dalam pasal 128 menyatakan setiap bayi berhak mendapatkan Air Susu Ibu Eksklusif. Pihak pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus.

Menyusui seharusnya menjadi momen indah, momen sakral di mana seorang ibu memberikan yang terbaik kepada anaknya. Padahal menyusui memiliki segudang manfaat, tapi selalu dipandang negatif oleh orang yang pikirannya sesat.