JAKARTA - Ketua umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Erick Thohir mengatakan groundbreaking National Training Center (TC) di Ibu Kota Negara (IKN) menandai babak baru sepak bola Indonesia.
"Ini cita-cita lama yang sudah ditunggu-tunggu oleh masyarakat pecinta sepak bola, di mana kita akhirnya bisa membuat sejarah memiliki TC buat tim nasional sepak bola yang terpadu," ujar Erick saat menyampaikan sambutan groundbreaking national training center (TC) di Ibu Kota Nusantara (IKN) pada Jumat, 22 September lalu.
Bantuan senilai Rp85,6 miliar untuk pembangunan TC fase pertama telah digelontorkan FIFA. Pada fase pertama tersebut rencananya dibangun dua lapangan, tempat penginapan untuk para pemain dan pelatih, serta ruang ganti.
"Ini pertama kali sebagai FIFA memberikan hibah sebesar ini ke sebuah negara. FIFA mendonasikan bagian dari FIFA Forward kita pergunakan untuk bangun dua lapangan sintetis satu lagi yang natural," ucap Erick.
Beda dengan FIFA Goal Project
Ini bukan pertama kalinya PSSI mendapat bantuan dari FIFA dalam pengembangan sepak bola dalam negeri. Pada 2014 lalu, Indonesia termasuk di antara satu negara yang menerima bantuan Induk Organisasi Sepak bola Dunia melalui FIFA Goal Project.
Bantuan bertajuk FIFA Goal Project tersebut digunakan untuk mendanai perbaikan lapangan di Pusdiklat Olahraga di Sawangan, Depok. Lapangan di Sawangan tersebut rencananya dijadikan sebagai pusat pembinaan usia muda oleh induk organisasi sepak bola Indonesia tersebut.
Namun sayang proyek Sawangan ini tak bisa lanjut, karena PSSI tidak bisa mengajukan kembali FIFA Goal Project demi memenuhi alat-alat dan infrastruktur. Ini karena PSSI dibekukan oleh Menpora yang menyebabkan jatuhnya sanksi FIFA.
“Jadi waktu itu FIFA Goal Project FIFA kasih anggaran 500 ribu dolar. Namun dari proposal kita mendapat bantuan sebesar 499.800 dolar AS. Kita hanya menyiapkan tanah atau lahan di Sawangan,” kata FIFA Goal Project Indonesia Officer saat itu, Chandra Solehan saat dihubungi VOI, menceritakan pengalamannya.
“Waktu itu rencana pembangunannya hanya satu lapangan. Kalau proyek tersebut melebihi anggaran, kita harus menyetorkan proposal ke FIFA nanti FIFA membuat lelang baru proyek jalan. Tapi karena saat itu hanya satu lapangan dan anggarannya kurang dari 500 ribu dolar, maka kita tidak keluar sepeser pun uangnya,” kata Chandra lagi.
Timnas Tak Perlu Nomaden Lagi
Pembangunan training camp timnas di IKN disambut Yusuf Kurniawan, pengamat sepak bola Indonesia. Menurut Yusuf, kehadiran TC ini juga bisa menghemat anggaran pengeluaran untuk latihan.
Apalagi, training camp di IKN ini akan menjadi milik PSSI, tidak seperti yang pernah terjadi pada pemusatan latihan di Sawangan yang lahannya merupakan milik swasta sehingga tidak bisa sepenuhnya dimiliki oleh induk organisasi sepak bola Indonesia tersebut.
Seperti diketahui, lapangan di Sawangan, Depok, yang sempat dipugar dari proyek FIFA Goal Project merupakan tanah milik keluarga Bakrie dan kini menjadi pusat latihan Persija. Selain soal kepemilikan, Yusuf juga menegaskan kini timnas tidak perlu repot-repot mencari tempat latihan saat mempersiapkan FIFA Matchday.
“Ini bagus sebenarnya. Training camp kan impian sejak lama. Dulu kita pernah punya TC di Lapangan ABC di era Agum Gumelar, tapi itu kan tidak cukup. Lalu pindah ke Nirwana Park, di Sawangan. Tapi sayangnya itu gak bisa diklaim karena milik swasta,” kata Yusuf kepada VOI.
“Selama ini timnas kita istilahnya nomaden, pindah-pindah tempat karena tidak punya training camp,” imbuh Direktur Liga TopSkor ini.
“Latihan di GBK juga masih bayar, karena kan PSSI sewa. Sekarang dengan adanya TC di IKN jadi tidak bayar sehingga bisa menghemat banyak pengeluaran,” kata Yusuf melanjutkan
Menurut sejumlah sumber, pengelolaan dan harga sewa GBK mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 28/PMK.05/2018. Uang yang harus dikeluarkan untuk menyewa Stadion Utama Gelora Bung Karno adalah sebesar Rp450 juta per 12 jam/hari.
Lebih lanjut Yusuf berharap, pembangunan training camp di IKN ini juga bisa menjadi lahan pemasukan baru untuk PSSI, dengan menyewakan fasilitas training camp.
“Ketika training camp ini tidak sedang digunakan, karena TC sekarang biasanya berlangsung singkat, PSSI bisa menyewakan fasilitas di sana. Misalnya untuk kursus pelatih, kursus wasit. Selama disewakan bisa jadi tambahan pemasukan,” pungkasnya.
Pertanyaan Soal Training Center IKN
Sementara itu, dihubungi terpisah pengamat sepak bola Erwiyantoro, memiliki pendapat lain. Ia mempertanyakan keputusan PSSI membangun national training center di Ibu Kota Nusantara. Menurutnya, pembangunan TC timnas dilakukan di dekat kota besar atau tempat di mana biasanya diadakan pertandingan.
“Training center itu penting, semua negara butuh training center, dan ketika negara membantu ini tentu bagus. Tapi pertanyaannya, kenapa harus di IKN?” katanya kepada VOI.
“Training center ini kan untuk timnas, lalu mengapa harus di IKN? Itu saja pertanyaannya. Karena di IKN kan tidak ada stadion (untuk menggelar pertandingan timnas). Kecuali, kalau Pak Jokowi membangun stadion di sana. Kalaupun ada stadion di sana, lalu yang nonton siapa?”
Dituturkan Erwiyantoro, pemindahan ibu kota dari Jakarta ke IKN akan membutuhkan waktu cukup lama. Ia juga memprediksi minimnya minat penonton di IKN. Selain itu, Erwiyantoro juga menyoroti jarak yang harus ditempuh para pemain timnas ketika harus melakukan TC di IKN sementara pertandingan digelar di kota lain, semisal Jakarta.
“IKN ini kan ibu kota baru, penduduknya sedikit, sementara penonton sepak bola biasanya ada di kota-kota yang memang sudah besar,” imbuhnya.
“Selain itu, kalau mereka latihan di sana, lalu besoknya tanding di Jakarta misalnya, sisi stamina, psikologi, dan mental pemain dirugikan. Karena jarak dari Kalimantan ke Jakarta jauh sekali. Apakah masalah ini sudah dipikirkan?” Erwiyantoro menyudahi.