Bagikan:

JAKARTA - Beberapa waktu lalu, dilakukan uji coba pengaspalan sirkuit Formula E di Monumen Nasional (Monas) usai. PT Jakarta Propertindo (Jakpro) sebagai penyelenggara, memastikan pengaspalan tak merusak cobblestone atau batu alam yang ditiban aspal.

Di media sosial sempat ramai, cobblestone yang ada di Monas sama dengan paving block. Lantas apa bedanya cobblestone dengan paving block

Jalan atau lantai yang menggunakan cobblestone sudah jamak digunakan dari masa ke masa. Tren penggunaan cobblestone di Indonesia, sudah dimulai sejak tahun 90-an, menurut Solehuddin dalam bukunya Kreasi Unik Batu Alam (2009).

Pada saat itu, cobblestone sudah mulai dipasang di seputar Taman Medan Merdeka Monas dan tempat-tempat monumental lain seperti Museum Gajah, dan Bank Indonesia Bidakara, Jakarta. 

Seperti ditulis Solehuddin, cobblestone yang termasuk batuan beku terbentuk dari pembekuan lava yang keluar dari permukaan bumi saat gunung berapi meletus. Ciri utama batuan ini adalah sifat fisiknya keras dan padat (solid) sehingga banyak digunakan untuk jalan dan lantai.

Batuan baku seperti ini punya banyak jenis. Andesit dan granit adalah batu yang lebih spesial dibanding yang lain karena selain keras dan padat, batu itu juga tahan gores. 

Jenis lainnya ada batu basal, diorit, gabro, dan candi. Semua jenis batuan itu bisa digunakan untuk lantai. Selain itu kegunaan batu alam juga bisa diaplikasikan untuk dinding, pilar, dan kolam.

Ilustrasi cobblestone (Unsplash)

Sementara, paving block adalah material yang juga digunakan untuk konstruksi jalan. Mengutip Syukur Sebayang dkk dalam Perbandingan Mutu Paving Block Produksi Manual dengan Produksi Masinal (2011), bedanya dengan cobblestone yang merupakan batuan asli, paving block dibuat dari campuran semen Portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya, air, dan agregat. 

Penggunaan paving block antara lain untuk perkerasan palataran parkir, trotoar, jalan-jalan di dalam perumahan, gang-gang kecil serta pada pelabuhan. 

Pemasangan paving block dapat dibuat mosaik dengan kombinasi warna sesuai estetika yang dirancang, dapat berupa logo, tulisan dan batasan area parkir atau petunjuk arah pada suatu daerah pemukiman. Hal itu karena paving block banyak jenisnya mulai dari yang berbentuk segi empat, segi lima, segi enam. Selain itu paving block juga punya banyak variasi warna.

Paving block punya beragam ketebalan dan fungsinya juga berbeda-beda tiap tingkatan ketebalan. Untuk yang tebalnya 6 sentimeter, biasa digunakan untuk beban lalu lintas ringan seperti digunakan untuk pejalan kaki.

Sementara yang 8 sentimeter bisa digunakan untuk beban lalu lintas sedang misalnya untuk transportasi pick up, truck, hingga bus. Terakhir, yang tebalnya 10 sentimeter biasa digunakan untuk beban lalu lintas super berat dan banyak digunakan untuk daerah industri dan pelabuhan karena banyaknya penggunaan crane atau alat berat lain.

Ilustrasi paving block (Pixabay)