Hary Tanoe Sekeluarga Kompak Nyaleg, Netray Pantau Suara Warganet Terbelah
Hary Tanoesoedibjo beserta istri dan lima anaknya mendaftar sebagai calon wakil rakyat pada Pemilu 2024. (VOI/Diah Ayu Wardani).

Bagikan:

JAKARTA – Ketua Umum Partai Persatuan Indonesia (Perindo) Hary Tanoesoedibjo maju sebagai calon legislatif untuk Pemilu 2024. Melihat sepak terjangnya di dunia politik, keputusan pria yang akrab disapa HT ini bukanlah hal yang aneh. Hary Tanoe sudah aktif di partai sejak 2011 lalu.

Yang menjadi perhatian adalah, ternyata Hary Tanoe tidak sendirian menginginkan kursi legislatif. Ternyata, istri dan kelima anaknya juga mendaftar sebagai calon wakil rakyat meski tidak bertarung dalam satu dapil. Hal ini diketahui publik setelah Komisi Pemilihan Umu (KPU) merilis data daftar calon sementara caleg. Satu-satunya kesamaan d antara mereka adalah keluarga pengusaha ini menggunakan Perindo sebagai kendaraan politik mereka.

Fakta bahwa keluarga Hary Tanoe kompak nyaleg, ternyata menarik perhatian warganet X, platform yang sebelumnya bernama Twitter. Mereka ramai-ramai membahas soal HT membangun dinasti politik. Netray Media Monitoring kemudian memantau respons netizen terkait keluarga HT yang berlomba jadi wakil rakyat pada dapil yang berbeda-beda.

Dengan menggunakan kata kunci hary tanoe&&caleg, hary tanoe&&keluarga, serta Hary Tanoe selama periode 22 sampai 28 Agustus ditemukan 2.363 cuitan dari 1.410 akun. Berdasarkan pantauan Netray, tidak semua warganet menyangsikan kemampuan keluarga HT. Tak sedikit pula yang memberikan dukungan, seperti dari akun @AnakLolina2 yang memuji pengusaha 57 tahun ini karena mau berkecimpung di dunia politik untuk membantu membangn bangsa.

Sedangkan komentar warganet yang cenderung kritis terhadap pilihan politik keluarga Hary Tanoesudibjo bisa dilihat dari komentar sejarawan J.J. Rizal. Melalui akunnya @JJRizal, dia menyebut bahwa fenomena ini sebenarnya sudah jamak terjadi dalam politik Indonesia. Tidak hanya keluarga HT yang memboyong keluarganya ke dunia politik. Hal ini baginya menunjukan munculnya kemerosotan berpolitik di Indonesia.

Netray juga memantau soal Hary Tanoe sekeluarga jadi caleg pada kanal News dengan menggunakan kata kunci hary tanoe&&caleg, hary tanoesoedibjo&&dpr, hary tanoesoedibjo&&keluarga. Namun dalam periode yang sama, hanya ditemukan sebanyak 35 artikel membahas soal ini.

Klan Kennedy pernah menempati jabatan penting di pemerintahan AS selama lebih dari setengah abad. (Unsplash)

Dinasti Politik Bukan Hal Baru

Bicara soal dinasti politik sebenarnya bukan hal baru. Meski sebagian besar masyarakat menganggap dinasti poltik sebagai hal negatif, nyatanya praktik dinasti politik sudah ada sejak lama bahkan di negara Amerika Serikat.

Amerika yang sudah memiliki tradisi demokrasi ratusan tahun, belum bisa juga terlepas dari keberadaan dinasti politik. Dinasti politik Amerika yang paling legendaris dan dikenal di dunia internasional adalah dinasti Kennedy dan dinasti Bush.

Dalam politik Amerika, ‘dinasti’ dianggap kata kotor. Para pendiri negara itu pada dasarnya menolak politik dinasti. Dalam konstitusi AS, tercantum bahwa pemimpin dihasilkan dari ballot (surat suara) bukan blood (keturunan), seperti ditulis Cristen Conger di Howstuffworks.

"Tidak ada darah keturunan yang diakui oleh Amerika Serikat." Bahkan The Kennedys, salah satu politik kekeluargaan terkenal di Amerika, menghindari kata "D" tersebut.

Klan Kennedy merupakan salah satu dinasti politik paling populer di Amerika Serikat. Lebih dari setengah abad dinasti ini menempati jabatan penting di pemerintahan. Sementara dinasti Bush sudah menempatkan dua anggota keluarganya sebagai Presiden Amerika Serikat: George H.W, yang menduduki Gedung Putih antara 1988 sampai 1992 dan putranya George W. Bush yang menjadi presiden ke-42.

Di India juga terkenal dengan dinasti politiknya. Menurut The Economist, India memiliki dinasti keluarga terbesar setelah Sri Lanka. Setelah mereka, pemerintahan pusat Negeri Gangga dikuasai oleh Keluarga Nehru-Gandhi.

Ilustrasi surat suara (Antara)

Politik Kekeluargaan Menjamur dan Oligarki Partai

Dari Daftar Calon Sementara (DCS) Anggota DPR RI yang diumumkan oleh KPU, diketahui terdapat lima bakal caleg yang merupakan istri atau suami dari elite partai politik. Salah satunya adalah Atalia Praratya, yang merupakan istri dari Wakil Ketua Umum Partai Golkar sekaligus Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) menilai fenomena keluarga elite partai politik menjadi bakal caleg merupakan bentuk politik kekerabatan. Fenomena ini dianggap merusak demokrasi dari banyak sisi. Salah satunya dapat merusak proses kaderisasi partai. Kader-kader potensial yang sudah mengikuti tahapan kaderisasi bisa saja langkahnya terhalang menjadi caleg karena harus mengalah dengan keluarga elite partai.

Namun, politik kekerabatan atau politik dinasti ini bisa terjadi karena memang tidak ada regulasi yang melarang hal tersebut. Praktik ini makin subur lantaran adanya oligarki partai alias segelintir orang yang punya kuasa penuh menentukan kebijakan partai.

"Jadi saya kira (fenomena politik kekerabatan ini) berbanding lurus dengan faktor partai politik kita yang masih dikuasai oligarki. Jadi politik dinasti itu sudah menjadi satu hal yang tak terelakkan," kata peneliti Formappi, Lucius.