Meminjam Kacamata Praktisi <i>Public Speaking</i> Melihat Panggung Canggung Nia Ramadhani
Nia Ramadhani dan Raffi Ahmad di panggung TikTok Awards (Instagram/@officialrcti)

Bagikan:

JAKARTA - Duet Nia Ramadhani bersama Raffi Ahmad di atas panggung TikTok Awards 2021 jadi perbincangan. Linimasa Twitter dipenuhi cemoohan untuk Nia. Padahal bukan sepenuhnya salah Nia Ramadhani juga. Jadi MC memang bukan perkara mudah. Nia menegaskan itu. Dan kami mendalami perspektif ini lewat ahlinya.

TikTok Awards 2021 adalah ajang penghargaan pertama bagi para kreator TikTok. Acara itu disiarkan oleh stasiun televisi swasta milik MNC: RCTI. Promotor menghadirkan sejumlah selebritas, seperti Arnold Poernomo, Boy William, Luna Maya, hingga Ayu Dewi. Semua nama itu hadir sebagai pembaca nominasi penghargaan.

Sebagai master of ceremony (MC), promotor menghadirkan Nia Ramadhani dan Raffi Ahmad. Nama terakhir, kita semua paham bagaimana jam terbangnya. Tapi, Nia Ramadhani?

Dalam perspektif pemasaran, kehadiran Nia bisa dilihat sebagai representasi dari para kreator kontek TikTok. Di atas panggung, Nia Ramadhani berkali-kali menyebut dirinya sebagai kreator konten TikTok.

Bahkan, dalam perspektif ini kita juga bisa menduga kegagapan yang ditampilkan Nia Ramadhani di atas panggung sebagai olahan yang telah diperhitungkan 'sense of viral'-nya. Gimik belaka, sederhananya.

Tapi kami tak akan masuk ke dimensi itu. Nia Ramadhani menampilkan gambaran menarik soal MC sebagai profesi yang nampaknya memang tak bisa dilakukan sembarang orang. Pun jika bisa dipelajari, proses pembelajarannya panjang. Kami menghubungi Vey Adinda, seorang praktisi public speaking untuk mengulik sudut pandang teknis dari penampilan Nia Ramadhani.

Panggung canggung

"Dia basic-nya bukan MC," kata Vey menjawab pertanyaan pertama yang VOI ajukan, Selasa, 3 Februari.

Menurut Vey, jam terbang amat penting dalam kegiatan nge-MC. Dan kita bisa melihat itu di atas panggung TikTok Awards 2021. Antara Nia Ramadhani dan Raffi Ahmad.

"Kalau aku pribadi melihatnya Nia Ramadhani itu belum bisa menempatkan dirinya itu 'apakah aku harus punchline atau kasih selipan-selipan kayak apa gitu, kapan dan seperti apa. Jadi dia belum bisa grab the audiences."

Dan kata Vey, semua hal itu membutuhkan jam terbang. Tapi, sebagaimana dugaan kami, sudut pandang pemasaran memang tak bisa dikesampingkan dalam pemilihan Nia Ramadhani.

"Kalau aku ngelihat sebenarnya Nia Ramadhani diambil sebagai perwakilan artis TikTok itu sendiri. Karena ini acaranya bisa dibilang acara digital bukan offline. Nah mungkin dia (promotor) pengin nge-grab dari followers-nya Nia Ramadhani."

"Ini kan bisa dibilang, kayak di era of disruption ini kita jadi enggak ngerti mana yang beneran memang tidak capable di bidangnya atau gimik yang dibuat supaya acara ini sense of viral. Kalau dari alasan teknis sendiri, itu kurang pesiapan, ngobrol, chemistry."

Kemungkinan teknis lain adalah adanya kesalahan pada monitor. Gangguan perangkat macam ini, kata Vey juga bisa berpengaruh pada penampilan seorang MC di atas panggung. Bagi yang berpengalaman mungkin tertangani. Tapi bagi Nia Ramadhani?

"Banyak hal, mulai dari mentality dan teknis. Aku melihat persiapannya sangat minim ... Aku enggak tahu apakah si pembuat acara ini sudah memikirkan matang. Kenapa si Nia Ramadhani digituin. Apakah sudah dipikirkan matang-matang juga. Karena reputasi promotor dong. Ketika itu gagal, ketika itu enggak berhasil, itu catatan besar sih."

Meski begitu, ini bukan barang baru juga. Jika dilihat dari disiplin ilmu public speaking, Nia Ramadhani memang tidak diplot sebagai main actor yang menempati posisi master of ceremony, tapi sebagai atractor.

Persiapan penyelenggara?

Nia Ramadhani dan Raffi Ahmad (Sumber: Tangkap layar TikTok Awards 2021/YouTube)

Vey memertanyakan kesiapan penyelenggara acara. Jika melihat apa yang terjadi pada Nia Ramadhani dan Raffi Ahmad, kita bisa menduga bahwa penyelenggara acara tak cukup mempersiapkan berlangsungnya acara.

Idealnya, dalam acara dengan skala seperti TikTok Awards 2021, setidaknya ada dua protokol paling standar yang perlu dijalani: technical meeting dan general rehearsal (GR). Technical meeting penting untuk menyinkronisasi aspek-aspek acara, termasuk rundown dan pembangunan chemistry antara pengisi acara, terutama MC jika ia tidak tunggal.

"Setelah technical meeting, mereka akan bangun chemistry, mereka akan tahu secara garis besar. Acara seperti ini, seperti apa. Penentuan outfit itu juga," kata Vey.

Lalu, GR begitu penting untuk mengantisipasi dan meminimalisir kesalahan. GR adalah simulasi dari keberlangsungan acara.

"Seharusnya itu dari mulai tamu siapa yang datang, sponsor apa saja itu sudah disimulasikan. Itu kalau sampai kejadian kayak gini aku enggak yakin ada GR atau enggak."

Tak sembarang orang

Dan soal profesi MC yang tak sembarangan, Vey menjelaskan. Kata Vey, public speaking adalah kegiatan yang unik. Performa seseorang begitu ditentukan oleh jam terbangnya. Public speaking sendiri secara umum terbagi ke begitu banyak cabang konsentrasi.

Ada MC, moderator, hingga pelatihan yang bersifat privat, seperti pelatihan public speaking untuk seorang pimpinan perusahaan, misalnya. Hal-hal itu dipelajari lewat runutan panjang.

Soal MC, misalnya. Kata Vey, "Jam terbang itu penting karena misalnya kita tahu ada MC yang protokoler, ada MC yang nonformal. Ini di antara kedua ini saja sulit. Enggak 'in'. Enggak semudah yang dibayangkan untuk pindah dari satu karakteristik panggung satu ke lainnya."

Soal protokoler, pembelajaran public speaking juga membekali seseorang dengan standar-standar tertentu. "Ada pelatihannya. Ada urutannya. Misalnya yang pertama apa nih yang harus diucapkan untuk mengambil atensi audiens."

"Kedua menyapa, ketiga doa terlebih dahulu, keempat kita menyapa tamu kehormatan, dimulai dari siapa nih. Urutannya apa. Dari yang paling tinggi ke yang rendah dan gelar-gelarnya itu termasuk dan audiens tercinta. Jadi dia tata urutannya memang ada."

Dan kelas public speaking, menurut Vey juga bukan perkara sederhana. Soal biaya, Vey memberi kisaran harga belajar di kelas public speaking. Harganya relatif, memang. Tergantung jam terbang mentor.

Alasannya, mentor dengan jam terbang tinggi biasanya memiliki kiat-kiat atau rahasia paling praktis yang dapat dipraktikkan oleh peserta pembelajaran. "Untuk yang jam terbang sudah tinggi, yang dicaci maki dan lain lain, itu mereka kan lebih terlatih."

"Mereka juga biasanya akan kasih resep, 'gue bisa nih dipakai terus karena gue seperti ini lho.' Itu sih relatif, ya. Ya setahuku sekolah tidak ada yang murah. Bisa start Rp1 juta hingga belasan juta. Selain mentor, tergantung course yang mereka ambil juga."

Jam terbang dan mentalitas jadi kata kunci. Menurut Vey, bahkan pelatihan paling pertama dan mendasar dari public speaking adalah pengokohan mental. Biasanya, dalam pelatihan public speaking, pembekalan pertama adalah menanamkan perspektif utuh soal apa itu public speaking.

"Gue sekolah public speaking, berarti aku tahu dong mau ngapain. Kamu harus tau what's the meaning of pubblic speaking itu sendiri. Nah, kamu, yang pertama kali diajarkan adalah kamu tahu dulu. Setelahnya kita keluarkan pakem-pakem dari public speaking itu sendiri. Jadi ada penggambaran. Membentuk theater of mind di kepala mereka (peserta)."

Jadi soal apa sebenarnya public speaking ini, Vey menjawab, "Mental sudah. Pertama dan utama."