Bagikan:

JAKARTA - China memborong kedelai dari Amerika Serikat (AS). Pemborongan itu berpengaruh langsung pada harga kedelai di pasar internasional. Indonesia terdampak. Kedelai mengalami kelangkaan. Harga tahu dan tempe naik.

China memang sejak lama jadi pemasok yang mendominasi pembelian kedelai dari AS. Pada 17 September, China setuju membeli 9,89 juta ton kedelai AS. Transaksi itu terjadi antara September 2020 dan Agustus 2021, menurut Departemen Pertanian AS.

Dari total itu, 3,27 juta telah dipesan pada Agustus 2020. Sementara, 2,07 juta lainnya dilakukan September 2020. Mengutip Nikkei Asia, China membeli sekitar 40 persen kedelai yang ditanam di AS.

Peningkatan itu kemungkinan dimaksudkan untuk menyoroti pengaruh ekonomi China, terutama ketika Presiden AS Donald Trump melakukan kampanye menjelang Pemilu AS pada November 2020. China begitu istimewa dalam transaksi kedelai ini.

China dapat memilih kapan pengiriman akan dilakukan, bahkan membatalkannya. Hal itu pernah terjadi. China pernah mundur dari pembelian sekitar 800 ribu ton kedelai pada Februari 2019. Hal itu kemudian memicu penurunan harga.

China dapat menggunakan pemesanan tersebut sebagai cara melawan tekanan perdagangan AS serta memanfaatkan titik-titik konflik diplomatik lainnya, seperti UU Keamanan Nasional Hong Kong, sanksi terhadap Teknologi Huawei, dan pemisahan negara pada teknologi mutakhir.

Pesanan terbesar dalam sejarah

Presiden AS Donald Trump menyebut pesanan China tersebut sebagai pesanan kedelai terbesar dalam sejarah. Sejarah itu dicatatkan di bawah kesepakatan perdagangan Fase I antara AS dan China pada Januari 2020.

Rincian kesepakatan Fase I adalah tentang ekspor makanan, pertanian, dan produk makanan laut AS ke China. Sementara China mengakhiri pemaksaan atau penekanan perusahaan asing untuk mentransfer teknologinya untuk perusahaan China. 

Kesepakatan lain dalam Fase I adalah menegaskan penentangan AS terhadap manipulasi mata uang dan komitmen China untuk membeli setidaknya 200 miliar dolar AS dalam bentuk komoditi ekspor AS selama dua tahun ke depan.

Mundur ke Juni 2020, perdagangan Fase I bukanlah satu-satunya alasan China memborong kedelai AS. Menurut Kepala Ekonom Komoditas StoneX Group, Inc. Arlan Suderman ada kemungkinan lain kenapa China meningkatkan pembeliannya dari AS.

Bisa jadi China juga membeli karena kebutuhan, alih-alih membeli untuk memenuhi janji perdagangan Fase I. "Mereka saat ini didorong terutama oleh rasa takut; ketakutan akan kekurangan," Suderman.

"Mereka percaya bahwa mereka menangani virus corona lebih baik daripada siapa pun di dunia, dan mereka harus menutup jalur pasokan mereka. Mereka bahkan menutup pelabuhan mereka," katanya.

"Saat ini, mereka lebih takut akan kekurangan akibat virus corona dan dampak pada komoditas yang masuk," Suderman.

Suderman mengatakan tren pembelian China menandakan bahwa China akan menimbun produk untuk melindungi negara dari perlambatan pengiriman dan pergerakan produk di masa depan.

"Kami melihat gelombang besar pengiriman (ke China), dan sekarang mereka telah membeli sebagian besar pasokan Brasil, mereka lalu beralih ke AS," kata Suderman, dikutip dari AG Web, Selasa, 5 Januari.

Selain kedelai, pengimpor komoditas utama dunia itu juga mengimpor jagung, babi, dan unggas dari AS. Bahkan AS sempat mencatat China melakukan pembelian mingguan terbesar untuk daging sapi pada September 2020. Ekspor kedelai AS ke China biasanya meningkat pada kuartal keempat setelah panen dan karena pasokan dari eksportir Brasil menipis.