Pajak Mobil 0 Persen, Pengusaha: Pemerintah Gerakkan Sesuatu yang Belum Tentu Berhasil
Ilustrasi. (Foto: Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Kabar relaksasi pajak mobil nol persen untuk pembelian mobil baru mencuat ke publik. Sebelumnya, usulan yang diyakini mampu mengangkat penjualan mobil di tengah pandemi yang dilayangkan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) ini, sudah sempat ditolak Menteri Keuangan, pada 2020.

Namun, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita kembali mengajukan usul insentif pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) pembelian mobil baru ini kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bahkan, diklaim Presiden Jokowi menyambut baik hal tersebut, meskipun keputusan belum final, karena masih dipertimbangkan oleh Kementerian Keuangan.

Menanggapi hal ini, Pengamat Otomotif Bebin Djuana mengatakan, kebijakan pembebasan pajak mobil baru nol persen yang diusulkan oleh Menteri Perindustrian Agus Gumiwang ini akan membuat pengusaha mobil menjerit.

"Yang saya khawatirkan ini pasti akan berdampak kepada pengusaha mobil bekas. Udah pasti kepukul. Sementara pada saat pandemi kalau Anda cermati di semester I 2020 penjualan mobil pernah mencapai hanya 10 persen dibanding 2019. Nah pada saat itu roda mobil bekas masih bergulir. Sekarang sesuatu yang bergulir itu mau dimatikan?," katanya, saat dihubungi VOI, Senin, 4 Januari.

Bebin berujar, suka atau tidak suka kebijakan ini pasti akan berdampak pada pengusaha mobil bekas. Bahkan, dampak terberatnya sampai membuat terhentinya penjualan. Karena itu, dia mempertanyakan apakah hal ini sudah diperhitungkan oleh pemerintah.

"Nah ini sudah diperhitungkan enggak? Jadi begini (pemerintah) ingin menggerakan sesuatu yang besar yang belum tentu berhasil, karena apa? Target marketnya nyampe enggak?," ucapnya.

Kebijakan Pajak Nol Persen Tidak Tepat

Menurut Bebin, sasaran dari kebijakan ini perlu dipertanyakan. Sebab, kata dia, jika yang mendapat pengurangan pajak adalah mobil dengan jenis low cost green car (LCGC) atau mobil murah ramah lingkungan, maka kebijakan ini tidak tepat.

Alasannya, kata Bebin, market dari LCGC adalah masyarakat atau kelompok yang paling terdampak pandemi COVID-19. Ia mengaku tak yakin dengan dibebaskannya pajak hingga nol persen dapat membuat masyarakat berbondong-bondong membeli mobil ke showroom. Sedangkan yang saat ini yang masih mampu menyicil dan mampu bayar adalah kelompok menengah ke atas.

Bebin menilai, kebijakan ini juga sulit terealisasi. Sebab, jika pajak dipangkas hingga nol persen, akan berdampak pada pemasukan negara. Selain itu, kebijakan ini pun bersinggungan dengan wewenang gubernur di masing-masing daerah. Ia juga mempertanyakan, apakah gubernur-gubernur setuju dengan kebijakan pajak mobil baru nol persen.

"Makanya saya bilang tidak semudah itu koordinasinya. Pajak barang mewah, PPN, anggap lah wacana ini berhasil, terus itu mobil mau jadi berapa? Dari Rp130 jadi Rp90 juta kah? Terus apakah dengan ini orang berbondong-bondong beli gitu? Saya kok enggak yakin," katanya.

Foto: Dok. Astra Daihatsu

Lebih lanjut, Bebin berujar, jika pun kebijakan ini akhirnya diberlakukan, hasilnya tidak akan seperti yang diharapkan oleh pemerintah. Sebab, market mobil LCGC ini adalah masyarakat menengah bawah yang tingkat konsumsinya masih belum pulih.

"Kita lihat saya 3 bulan ke depan apa iya LCGC-nya naik (penjualannya). Naik mungkin, tapi tidak seperti yang diharapkan. Sementara kelas menengah atas mau dipotong atau tidak pada saat dia butuh dia beli, selesai. Artinya saya berharap biar berkembang pasarnya secara alami. Sesuai kemampuan tidak ada pemaksaan, tidak perlu rangsangan," ujarnya.

Menurut Bebin, ketimbang pemerintah memberikan pembebasan pajak mobil baru nol persen untuk jenis mobil pribadi, lebih baik diberikan untuk kendaraan yang berkaitan dengan produktivitas. Misalnya, untuk mobil pengantar paket.

Lebih lanjut, kata Bebin, hal ini justru lebih berguna untuk kepentingan banyak masyarakat. "Pembebasan pajak ini lebih baik untuk mobil produktif. Mobil untuk mengantar paket misalnya. Lah kalau LCGC siapa yang pake sekarang? Marketnya siapa?," tuturnya.

"Ada enggak studi yang mengamati LCGC siapa yang pakai sekarang? Yang saya tahu sampai dengan 2019 pasar itu meningkat karena dipakai taksi online," jelasnya.

Mobil Bekas Rebound di Kuartal III-2020

General Manager Carsome Indonesia Delly Nugraha menyampaikan bahwa bisnis mobil bekas mulai membaik setelah sebelumnya ikut terdampak pandemi COVID-19. Ia menuturkan bahwa permintaan mobil bekas mulai rebound pada kuartal III.

"Pertumbuhan bisnis di Carsome mulai meningkat hingga 300 persen," katanya, dalam diskusi virtual pada November lalu.

Sementara itu, Senior Marketing Manager Penjualan Mobil Bekas WTC Mangga Dua, Herjanto Kosasih, juga menyampaikan optimismenya terhadap tren penjualan mobil bekas di akhir tahun ini.

Grafik peningkatan penjualan mobil bekas di WTC Mangga Dua mulai menunjukkan peningkatan sejak Agustus lalu dengan penjualan hampir 1.300 unit. Meski belum normal, tapi angkanya sudah meningkat.

Dia bahkan yakin permintaan mobil bekas akan terus meningkat hingga 90 persen menjelang akhir tahun 2020. Di masa pandemi, lanjut dia, masyarakat ingin membeli mobil bekas karena dinilai lebih aman dibanding naik transportasi umum.

Foto: Dok. Mitsubishi

Senada, Co-Founder CARRO Aditya Lesmana menuturkan bahwa situasi penuh ketidakpastian karena pandemi justru menciptakan lonjakan jual-beli mobil bekas.

"Selama pandemi COVID-19, CARRO telah mengalami lonjakan permintaan sebesar 600 persen untuk mobil bekas bersertifikat yang dapat diuji coba dari rumah dan dibeli secara online," ucapnya dalam keterangan resmi, Rabu, 16 Desember 2020.

Menurut riset Indonesian Autos oleh HSBC Global Research, 90 persen responden di Indonesia menyatakan memilih menggunakan kendaraan pribadi atau mobil pribadi sebagai alat transportasi agar terhindar dari COVID-19.

Berdasarkan data Research Specialist Mandiri Institute, terlepas dari industri otomotif yang terpukul akibat COVID-19 penjualan mobil diprediksi meningkat hingga 38,7 persen atau setara 843.000 unit pada 2021.

Mobil Jenis Xpander dan Avanza Jadi Incaran

General Manager Carsome Indonesia Delly Nugraha berujar segmen Low MPV dengan pemain seperti Avanza dan Xpander menjadi yang paling banyak dicari konsumen.

"Karena populasi mobil tersebut memang banyak," katanya, dalam diskusi virtual pada November lalu.

Senada, Senior Marketing Manager Penjualan Mobil Bekas WTC Mangga Dua, Herjanto Kosasih berujar di sentra mobil bekas WTC Mangga Dua, model Low MPV seperti Xpander Cs juga menjadi incaran konsumen.

Optimisme juga disampaikan CEO OLX Autos Indonesia, Johnny Widodo. OLX Autos, kata Johnny, telah melakukan survey terhadap pasar mobil bekas di masa pandemi COVID-19. Dalam survey itu, tren pasar mobil bekas menunjukkan keadaan yang membaik yang didorong oleh pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

"Kami percaya pasar mobil bekas akan pulih dan kembali normal seperti sebelum pandemi," kata Johnny Widodo, CEO OLX Autos Indonesia dalam keterangan resmi beberapa waktu lalu.