Sri Mulyani Ogah Setujui Usulan Menperin Agus Gumiwang Soal Pajak Mobil Baru 0 Persen
Menteri Keuangan, Sri Mulyani. (Foto: Instagram @smindrawati)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pihaknya tidak akan memberikan pembebasan pajak mobil baru atau pajak pertambahan atas barang mewah (PPnBM) hingga nol persen di tengah pandemi COVID-19.

Sri menjelaskan, dalam situasi pandemi seperti sekarang ini, pemerintah lebih memilih untuk memberikan stimulus fiskal yang bisa dinikmati oleh seluruh dunia usaha yang terdampak.

"Kita tidak mempertimbangkan untuk memberikan pajak mobil baru 0 persen seperti yang disampaikan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan industri otomotif," katanya, dalam Konferensi APBN Laporan Periode Realisasi September, Senin, 19 Oktober.

Lebih lanjut, Sri berujar, dukungan kepada industri sektor otomotif akan diberikan dalam bentuk insentif yang sudah disediakan pemerintah kepada industri secara keseluruhan. Ia juga memastikan seluruh insentif yang dibeirkan pemerintah akan dievaluasi secara lengkap.

"Jadi jangan sampai memberikan dampak negatif ke yang lain," tuturnya.

Sekadar informasi, pemerintah telah memberikan sejumlah insentif pada perusahaan dalam bentuk perpajakan melalui UU Nomor 2 Tahun 2020 maupun UU Omnibus Law Cipta Kerja yang akan segera berlaku. Salah satu insentif yang diberikan adalah pemangkasan tarif pajak badan dari 25 persen menjadi 22 persen untuk tahun pajak 2020 dan 2021, serta menjadi 20 persen pada 2021. 

Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong percepatan relaksasi Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk mobil baru sebesar 0 persen atau pemangkasan pajak kendaraan bermotor (PKB). Tujuan untuk menstimulus pasar sekaligus mendorong pertumbuhan sektor otomotif yang kian lesuh akibat tekanan pandemi COVID-19.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita meminta Kemenkeu untuk membebaskan pajak atas mobil baru. Usulan tersebut bertujuan untuk membantu industri otomotif yang saat ini tumbuh negatif akibat pandemi COVID-19.

"Kami sudah mengusulkan kepada Menteri Keuangan untuk relaksasi pajak mobil baru 0 persen sampai dengan bulan Desember 2020," kata Agus beberapa waktu lalu.

Senada, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kemenperin Taufiek Bawazier mengatakan, realisasi insentif PPnBM untuk mobil baru bersifat mendesak dan perlu segera diselesaikan.

Kementerian Perindustrian, kata Taufiek, percaya bahwa dengan memberikan relaksasi pajak untuk mobil baru, dapat mendorong pemulihan sektor otomotif dan juga ekonomi nasional. Mengingat kontribusi sektor ini terhadap PDB sebesar 20 persen.

"Mudah-mudahan Kemenkeu (Kementerian Keuangan) tidak terlalu lama mengeluarkan itu (PPnBM). Dan kami minta sampai Desember (2020) saja, untuk diungkit sementara. Ini yang menjadi bagian kita untuk upaya recovery," ujarnnya, dalam Webinar #3 Road to IDF 2021 dengan tema "Prospek Pemulihan Ekonomi Sektor Industri Otomotif Nasional", Rabu, 14 Oktober.

Taufiek mengatakan, tingkat utilisasi industri otomotif terus anjlok dalam beberapa waktu terakhir. Hal ini sejalan dengan turunnya permintaan akan produk otomotif selama pandemi COVID-19, khususnya dari kalangan kelas menengah atas.

Karena itu, kata dia, membangkitkan demand atau permintaan sebagai penggerak menjadi syarat utama, sehingga kelas menengah dapat menggunakan uangnya untuk membeli mobil dan tidak menyimpannya di bank.

"Relaksasi insentif berupa apakah 0 persen atau paling tidak memberikan upaya baru untuk membuka demand sektor otomotif. Berarti utilisasi industri tumbuh industri itu akan tumbuh," tuturnya.

Taufiek mengatakan, aktivitas industri otomotif memiliki multiplier effect yang luas. Salah satunya dari aspek penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar dan keterkaitan dengan sub sektor industri lainnya, termasuk industri kecil dan menengah (IKM).

"Hampir 1,5 juta orang hidup di situ. Dan sub sektor lain, seperti karet, kaca, baja, dan besi, itu IKM ada juga di situ. Maka multiplier effect besar. Sehingga kalau kita mengeluarkan instrumen itu berarti kita sebetulnya mengungkit semua entity atau elemen yang ada di dalam ekosistem otomotif itu sendiri," ucapnya.