Dorong Percepatan Pajak Mobil Baru Nol Persen, Kemenperin: Agar Kelas Menengah Beli Mobil
Ilustrasi. (Angga Nugraha/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong percepatan relaksasi Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk mobil baru sebesar 0 persen atau pemangkasan pajak kendaraan bermotor (PKB). Tujuan untuk menstimulus pasar sekaligus mendorong pertumbuhan sektor otomotif yang kian lesuh akibat tekanan pandemi COVID-19.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kemenperin Taufiek Bawazier mengatakan, realisasi insentif PPnBM untuk mobil baru bersifat mendesak dan perlu segera diselesaikan. Hal ini tercermin dari menurunnya tingkat permintaan terhadap produk industri otomotif.

Kementerian Perindustrian, kata Taufiek, percaya bahwa dengan memberikan relaksasi pajak untuk mobil baru, dapat mendorong pemulihan sektor otomotif dan juga ekonomi nasional. Mengingat kontribusi sektor ini terhadap PDB sebesar 10 persen.

"Mudah-mudahan Kemenkeu (Kementerian Keuangan) tidak terlalu lama mengeluarkan itu (PPnBM). Dan kami minta sampai Desember (2020) saja, untuk diungkit sementara. Ini yang menjadi bagian kita untuk upaya recovery," ujarnnya, dalam Webinar #3 Road to IDF 2021 dengan tema "Prospek Pemulihan Ekonomi Sektor Industri Otomotif Nasional", Rabu, 14 Oktober.

Taufiek mengatakan, tingkat utilisasi industri otomotif terus anjlok dalam beberapa waktu terakhir. Hal ini sejalan dengan turunnya permintaan akan produk otomotif selama pandemi COVID-19, khususnya dari kalangan kelas menengah atas.

Karena itu, kata dia, membangkitkan demand atau permintaan sebagai penggerak menjadi syarat utama, sehingga kelas menengah dapat menggunakan uangnya untuk membeli mobil dan tidak menyimpannya di bank.

"Relaksasi insentif berupa apakah 0 persen atau paling tidak memberikan upaya baru untuk membuka demand sektor otomotif. Berarti utilisasi industri tumbuh industri itu akan tumbuh," tuturnya.

Taufiek mengatakan, aktivitas industri otomotif memiliki multiplier effect yang luas. Salah satunya dari aspek penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar dan keterkaitan dengan sub sektor industri lainnya, termasuk industri kecil dan menengah (IKM).

"Hampir 1,5 juta orang hidup di situ. Dan sub sektor lain, seperti karet, kaca, baja, dan besi, itu IKM ada juga di situ. Maka multiplier effect besar. Sehingga kalau kita mengeluarkan instrumen itu berarti kita sebetulnya mengungkit semua entity atau elemen yang ada di dalam ekosistem otomotif itu sendiri," ucapnya.

Pemerintah melalui Kementerian Keuangan untuk segera menyetujui usulan insentif PPnBM mobil baru sebesar 0 persen. Sehingga, kata Taufiek, kebijakan fiskal ini diyakini mampu menggeliatkan kembali aktivitas industri otomotif.

"Ini harus dapat dukungan dari kementerian lembaga terkait. Kemenkeu semuanya harus fokus ke arah situ. Jadi ini yang perlu kita selesaikan sampai dalam waktu dekat. Kalau kita hidupkan otomotif, maka semua sub sektor tadi akan bangkit," jelasnya.