Nilai Politik Rizieq: Kenapa Banyak Politikus Pasang Badan untuk Sang Habib?
Massa yang menyambut Rizieq Shihab di Petamburan 10 November silam (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab telah ditahan oleh polisi. Rizieq ditahan setelah diperiksa sepuluh jam atas kasus pelanggaran protokol kesehatan di Petamburan. Sejumlah politikus turun gelanggang. Beberapa bahkan rela pasang badan sebagai jaminan Rizieq. Apa pentingnya Rizieq bagi para politikus? Bagaimana nilai seorang Rizieq secara politis?

Aboe Bakar Al-Habsyi jadi politikus yang paling awal pasang badan. Anggota Komisi III DPR Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu siap jadi jaminan agar penahanan Rizieq ditangguhkan. Aboe bahkan telah mengomunikasikan langkah itu kepada kuasa hukum Rizieq.

Aboe yakin Rizieq tak akan menghilangkan barang bukti, apalagi melarikan diri, sebagaimana alasan objektif polisi menahan Rizieq. Selain itu Aboe juga yakin Rizieq tak akan mengulangi tindakan yang disangkakan kepadanya.

"Saya siap menjadi penjamin untuk penangguhan penahanan beliau, hal ini tentu sesuai dengan ketentuan pasal 31 KUHP, di mana tersangka dapat diajukan penangguhan penahanan," Aboe, dalam keterangan tertulis, dikutip Senin, 14 Desember.

Aboe menilai kasus pelanggaran protokol kesehatan yang disangkakan bahkan seharusnya tak jadi alasan pemenjaraan Rizieq. Aboe menyingung Pilkada Serentak 2020 yang juga menciptakan kerumunan dalam jumlah besar.

Selain Aboe, politikus Partai Gerindra, Habiburokhman juga menyatakan kesediaannya menjadi penjamin Rizieq. Habiburokhman mengaku yakin Rizieq tak akan melarikan diri.

"Pak Kapolri yang baik, ini di luar konteks substansi perkara kerumunan dan di luar konteks politik apapun. Saya yakin Habib Rizieq tidak akan melarikan diri dan saya bersedia menjamin penangguhan penahanan beliau," tertulis di akun Twitte, @habiburokhman.

Komisi Pemilihan Umum (Irfan Meidianto/VOI)

Rekan separtai Habiburokhman, Fadli Zon juga menyatakan siap pasang badan. Seperti Aboe, Fadli juga melihat ketidakadilan dalam kasus Rizieq dan Pilkada Serentak 2020.

"Kalaupun ada pelanggaran terhadap kerumunan yang terjadi ketika itu, maka sudah dilakukan pembayaran denda sesuai aturan yang berlaku," kata Fadli dalam video di kanal Youtubenya.

Memang, seperti dikatakan Aboe dan Fadli, Pilkada Serentak 2020 juga mencatatkan banyak pelanggaran protokol kesehatan. Menurut catatan Satgas COVID-19, ada 178.039 pelanggaran protokol kesehatan dalam penyelenggaraan Pilkada Serentak 2020.

"Bisa jadi HRS ini adalah orang pertama yang ditahan lantaran protokol kesehatan," Fadli Zon.

Rizieq Shihab di Polda Metro Jaya (Wardhany Tsa Tsia/VOI)

Nilai politis Rizieq Shihab

Kebesaran Rizieq memang tak cuma bisa dilihat dari sudut pandangnya sebagai pemuka agama. Rizieq juga magnet politik.

Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Ujang Komarudin menyebut Rizieq begitu bernilai secara elektoral. Hal itu yang membuat Rizieq begitu penting dipegang para politikus.

Ada dua cara melihat banyaknya politikus yang pasang badan untuk Rizieq hari ini. Jika melihat nama Fadli Zon, Habiburokhman, dan Aboe Bakar Al Habsyi, ketiganya adalah partai yang "didukung" Rizieq selama kontestasi Pemilu 2019, bahkan Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.

Aksi pasang badan ini bisa dilihat sebagai politik balas budi yang telah disepakati sejak awal antara Rizieq dan partai-partai politik terkait. Rizieq, di mata Ujang hari ini masih memiliki keterkaitan khusus dengan Gerindra ataupun PKS.

"Kemarin kan pilihannya ke Prabowo. Secara politik, kalau ke partai sepertinya lebih dekat ke PKS," kata Ujang, dihubungi VOI, Senin, 14 Desember.

Rizieq Shihab di Polda Metro Jaya (Sumber: Antara)

Selain kontestasi yang lalu, perspektif kedua, tentu saja Pemilu 2024. Mengamankan keberpihakan Rizieq jadi penting untuk banyak partai politik hari ini. Jika hari ini Gerindra dan PKS yang terang-terangan, boleh jadi esok hari tokoh-tokoh dari partai lain mengikuti. 

"HRS tetap punya magnet. Punya massa banyak. Jadi banyak dibutuhkan oleh para politikus dan partai politik," kata Ujang.

"HRS bisa menjadi lumbung suara bagi partai politik yang menaungi para politisi tersebut."

Yang jelas, dua variabel di atas hanya tepat dilihat dari perspektif keuntungan. Politik yang cair, dinamikanya akan sangat bergantung pada kepentingan-kepentingan.

Jadi, memang tak lagi tepat melihat Rizieq hanya semata-mata sebagai tokoh ataupun pemuka agama. Ada sudut pandang lain, bahwa Rizieq memiliki nilai tawar fantastis sebagai alat politik. Hal yang suka tak suka harus disadari semua orang, termasuk para simpatisan Rizieq.

"Itu hubungan politik. Hubungan kepentingan. Jika kepentingannya sama, maka akan berkolaborasi. Dan jika berbeda akan terpecah."