Bagikan:

JAKARTA – Penyelenggaraaan Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 di Bali pada 15-16 November mendatang hanya tinggal menghitung hari. Sejumlah negara anggota tentu masih bertanya-tanya apakah Presiden Rusia Vladimir Putin akan hadir?

Belum ada yang memastikan. Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi saja hanya mengatakan sudah ada 18 negara yang mengajukan pertemuan bilateral dengan Jokowi di sela KTT G20 nanti. Namun, Retno enggan membeberkan siapakah kepala negara tersebut.

Begitupun Presiden Jokowi yang hanya bilang, “Sudah ada 17-18 kepala negara  yang akan hadir. Tiga kepala negara lainnya masih menunggu kepastian.”

“Artinya, dalam situasi yang sangat sulit seperti ini, beliau-beliau datang itu suatu kehormatan bagi kita,” ucap Jokowi usai menghadiri acara pameran di Kemayoran, Jakarta Pusat pada 2 November 2022.

Dalam Valdai Discussion Club pada 27 Oktober lalu, Putin memang belum memastikan kehadirannya di KTT G20 mengingat situasi politik dan ketegangannya dengan negara-negara Barat akibat langkahnya menginvasi Ukraina.

Indonesia siap menjadi presidensi KTT G20 di Bali pada 15-16 November 2022. (Dok. G20.org)

Dia sangat menghargai upaya Indonesia yang tetap bersikap tegas mengundangnya meski mendapat tekanan dari pihak lain.

"Rusia pasti akan terwakili di level tinggi. Mungkin saya akan pergi juga. Untuk saat ini, saya akan memikirkannya," kata Putin menjawab pertanyaan dari Pengamat Bidang Militer dan Pertahanan Keamanan Connie Rahakundini Bakrie yang hadir mewakili Indonesia dalam diskusi tersebut.

Sedangkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sudah memberikan jawaban tegas. Dia tidak akan menghadiri KTT G20 jika Putin juga hadir.

"Jika pemimpin Federasi Rusia ambil bagian di dalamnya, Ukraina tidak akan berpartisipasi," kata Zelensky dalam konferensi pers dengan Presiden Yunani Katerina Sakellaropoulou di Kyiv melansir dari The Kyiv Independent.

KTT G20 akan dihadiri oleh delegasi dari 20 negara anggota, yakni Australia, Saudi Arabia, Korea Selatan, Jepang, Turki, Kanada, Afrika Selatan, Prancis, Inggris, Jerman, Tiongkok, India, Amerika Serikat, Italia, Argentina, Rusia, Brasil, Uni Eropa, Meksiko, dan Indonesia sebagai tuan rumah.

Indonesia juga mengundang negara-negara lain nonanggota seperti Singapura, Kamboja, Spanyol, Uni Emirat Arab, Belanda, Senegal, Finlandia, Suriname dan Fiji.

Hyundai Genesis Electrified G80, mobil listrik yang akan digunakan sebagai kendaraan resmi para pemimpin negara yang hadir pada KTT G20 di Bali, 15-16 November 2022. (Instagram/@jokowi)

Plus 10 undangan VVIP yang terdiri dari kepala negara, organisasi internasional, dan tokoh dunia, yakni Presiden Zambia, Presiden Angola, Presiden Sudan Selatan, Perdana Menteri Denmark, Ratu Maxima (Belanda), Presiden FIFA, Presiden IOC, Atlantik Council, Elon Musk, dan Wolrd Economic Forum.

“Tentu, kami menginginkan semua negara anggota G20 dan undangan-undangan khusus dapat hadir semua, termasuk para presidennya,” kata Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara RI, Setya Utama dalam konferensi pers virtual, Senin (7/11).

Sesuai tagline G20 ‘Recover Together, Recover Stronger’ yang berarti semua negara harus bahu-membahu menuju pemulihan bersama dalam kondisi yang penuh ketidakpastian seperti saat ini, inflasi tidak terkendali, krisis hutang, biaya hidup yang terus meningkat, dan ketegangan geopolitik.

Sehingga, perlu suatu upaya bersama yang inklusif dan berkelanjutan dalam mencari solusi pemulihan global. Mencapai target ini, selaku presidensi KTT G20, Indonesia fokus ke tiga sektor prioritas yang dinilai menjadi kunci pemulihan yang kuat dan berkelanjutan.

“Ketiga sektor tersebut adalah penguatan arsitektur kesehatan global, transformasi digital, dan transisi energi,” kata juru bicara pemerintah untuk Presidensi G20 Indonesia, Maudy Ayunda di Sekretariat Presiden.

Susunan Acara KTT G20

Saat ini, kata Setya Utama, persiapan penyelenggaraan KTT G20 di Bali sudah mencapai 80 persen. Targetnya, semua rampung pada 10 November nanti.

Berdasar jadwal, rombongan delegasi dan para tamu akan hadir sekitar 13-14 November. Kemudian, mereka akan disambut dengan tari-tarian tradisional dan diantar ke hotel menggunakan mobil listrik.

“Ini sekaligus memperlihatkan bahwa Indonesia berkomitmen beralih ke penggunaan energi baru terbarukan,” kata Setya.

Meski menyediakan mobil listrik untuk kepala delegasi, Setya mengatakan pemerintah Indonesia tidak melarang jika ada negara yang membawa kendaraan operasional antipeluru sendiri yang sesuai dengan standar pengamanan masing-masing. Ini sesuai dengan asas resiprokal hubungan antarnegara.

Sejauh ini sudah lima negara yang menyatakan akan membawa kendaraan lapis baja sendiri ke Bali.

Lalu, pada 15 November, pembukaan KTT G20 di The Apurva Kempinski Bali. Acara berlanjut ke working session 1 dengan tema food and energy security.

Jalan tol Bali Mandara ditata sebagai persiapan KTT G20. (Istimewa)

“Kemudian diisi pertunjukan metaverse IKN, makan siang, terus working session II global health architecture. Malam harinya dilaksanakan welcoming dinner di Garuda Wisnu Kencana bersama Presiden Jokowi," uca Satya lagi.

Menurut Satya, akan ada pertunjukan spektakuler di sana, “Seperti apa, masih kita rahasiakan, itu ada element of surprise-nya nanti.”

Hari selanjutnya, side event penanaman bakau di Tahura Mangrove pada pagi hari. Lalu, working session ketiga menyoal digital transformation. Kemudian berlanjut ke pertemuan bilateral dengan sejumlah negara dan serah terima Presidensi G20 dari RI ke India.

Presidensi G20 tentu akan berdampak langsung terhadap perekonomian Indonesia melalui peningkatan devisa negara. Menciptakan multiplier effect bagi ekonomoi daerah lewat sektor pariwisata, perhotelan, transportasi, dan ekonomi kreatif, UMKM lokal, juga menjadi momentum untuk menunjukkan Indonesia is open for business.

“Semua mata akan melihat Bali, akan melihat para leaders. Harapan kita, KTT G20 Bali dapat memberikan hasil nyata untuk pemulihan dunia. Mari kita bersama terus merayakan dan mendukung presidensi G20 Indonesia sebagai generasi muda penerus bangsa,” Maudy Ayunda menandaskan.

Sejarah Singkat

Melansir Sherpa G20 Indonesia, pembentukan G20 tidak terlepas dari kekecewaan komunitas internasional terhadap kegagalan G7 dalam mencari solusi terhadap permasalahan perekonomian global yang dihadapi saat itu.

Pandangan yang mengemuka saat itu adalah pentingnya bagi negara-negara berpendapatan menengah serta yang memiliki pengaruh ekonomi secara sistemik, untuk diikutsertakan dalam perundingan demi mencari solusi permasalahan ekonomi global.

G20 adalah kelompok informal dari 19 negara dan Uni Eropa, serta pewakilan dari International Monetary Fund (IMF) dan World Bank (WB). Juga, merupakan forum ekonomi utama dunia yang memiliki posisi strategis karena secara kolektif mewakili sekitar 65 persen penduduk dunia, 79 persen perdagangan global, dan setidaknya 85 persen perekonomian dunia.

Pada 14-15 November 2008, Presiden Amerika Serikat George W. Bush mengundang para pemimpin negara-negara G20 dalam KTT G20 pertama untuk melakukan koordinasi respon global terhadap dampak krisis keuangan yang saat itu tengah terjadi di Amerika Serikat.

Juru Bicara Pemerintah untuk Presidensi G20 Indonesia, Maudy Ayunda pada 3 November 2022. (Tangkapan YouTube Sekretariat Presiden)

“Pada kesempatan itu, para pemimpin negara G20 sepakat melakukan pertemuan lanjutan. Pada 1-2 April 2009, London menjadi tuan rumah (Presidensi) KTT G20 kedua di bawah koordinasi Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown,” tulis Sherpa G20 Indonesia.

Selanjutnya, KTT G20 ketiga dilaksanakan di Pittsburg pada 24-25 September 2009, di bawah koordinasi Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama. KTT G20 keempat selanjutnya diadakan di Toronto pada 26 – 27 Juni 2010 di bawah koordinasi Perdana Menteri Kanada, Stephen Harper. Pada tahun yang sama, Presiden Korea Selatan, Lee Myung-bak memimpin KTT Seoul pada 11-12 November 2010.

Berturut-turut KTT selanjutnya diadakan di Cannes, Prancis (2011); Los Cabos, Mexico (2012); St. Petersburg, Rusia (2013); Brisbane, Australia (2014); Antalya, Turki (2015); Hangzhou, RRC (2016); Hamburg, Jerman (2017); Buenos Aires, Argentina (2018); dan Osaka, Japan (2019).

Guna mempersiapkan KTT, para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 melakukan pertemuan rutin beberapa kali setahun. G20 tidak memiliki sekretariat permanen. Tuan rumah ditetapkan secara konsensus pada KTT berdasarkan sistem rotasi kawasan dan berganti setiap tahun.