Bagikan:

JAKARTA - Nama Ratu Kalinyamat memang tidak sepopuler nama wanita pejuang Indonesia seperti Cut Nyak Dien, Raden Ajeng Kartini, atau Martha Cristhina Tijahahu. Sejumlah kalangan bahkan masih menganggap Ratu Kalinyamat sebagai tokoh fiktif.

Inilah yang membuat nama putri dari Raja Demak Trenggana (1521-1546) tersebut tak juga dinobatkan sebagai pahlawan nasional.

Padahal, sejumlah kajian para akademisi telah membuktikan bahwa Ratu Kalinyamat adalah wanita pejuang hebat dari Jepara yang berhasil membangun pakta industri pertahanan terbesar pada zamannya.

Bahkan kata akademisi yang juga sebagai pengamat militer, Connie Rahakundini Bakrie, industri pertahanan Ratu Kalinyamat bisa membuat 40 kapal perang dalam satu tahun. Satu kapal perang bisa memuat hingga 1.000 orang.

Connie Rahakundini Bakrie, menurutnya industri pertahanan Ratu Kalinyamat mampu membuat 40 kapal perang dalam setahun. (Tangkapan Layar Youtube)

Sampai Portugis memberi julukan “Rainha de Jepara, senhora poderosa e rica, de kranige Dame”. Artinya, “Ratu Jepara seorang wanita yang kaya dan berkuasa, seorang perempuan pemberani”.

“Itu bukti otentiknya ada, saya temukan di Portugal. Ada satu catatan surat kepada Raja Spanyol yang isinya kira-kira, King kita melihat kapalnya saja mau kabur, satu kapalnya bisa memuat 1.000 orang. Zaman itu, tentu sangat luar biasa,” kata Connie di akun YouTube Helmy Yahya pada 1 Maret 2022.

Tidak hanya di bagian timur Nusantara, eksistensi Ratu Kalinyamat juga sampai ke nusantara bagian barat bahkan asia tenggara.

“Sultan Aceh saja meminta bantuan dari wanita Jepara ini untuk melawan Portugis. Padahal, kita tahu Sultan Aceh saat itu partnernya Ottoman,” lanjut Connie.

Ratu Kalinyamat hidup beberapa abad sebelum Kartini dan memimpin armada laut Nusantara yang berkekuatan ratusan kapal dan puluhan ribu prajurit untuk mengusir Portugis dari Malaka.

Beberapa sumber menyebut, selama memimpin Jepara yang kala itu merupakan bagian dari wilayah kekuasaan Kesultanan Demak, setidaknya dua kali Ratu Kalinyamat mengirimkan pasukan dan armada tempur dalam jumlah besar ke Malaka demi mengusir Portugis.

Pertama adalah bala bantuan untuk Kesultanan Johor dan kedua atas permohonan Sultan Aceh Darussalam.

Dalam buku H.J. De Graaf, Awal Kebangkitan Mataram pada 2001 menyatakan upaya pertama Ratu Kalinyamat mengusir Portugis dari Nusantara dilakukan pada 1550 atau kurang dari satu tahun setelah suaminya dibunuh. Dari pertapaannya, sang ratu yang tetap menjalin komunikasi dengan orang-orang kepercayaannya agar pemerintahan di Jepara tetap berjalan, menerima surat permohonan bantuan dari Kesultanan Johor yang sedang terancam oleh Portugis di Malaka.

Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat  dan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono di sela-sela acara “Napak Tilas Ratu Kalinyamat Pahlawan Maritim Nusantara” di Markas Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (11/8). (Antara)

Ratu Kalinyamat mengabulkan permintaan tersebut dan menginstruksikan kepada para panglimanya untuk mengirimkan 40 kapal perang yang mengangkut lebih dari 4.000 orang tentara ke Malaka. Di sana, armada Jepara bergabung dengan Persekutuan Melayu yang berkekuatan lebih dari 150 kapal,” tulis H.J. De Graaf.

Selain itu, Ratu Kalinyamat juga pernah melakukan hal sama bagi Maluku dengan mengirimkan pasukan perang untuk membantu Kerajaan Tanah Hitu dari tindakan agresi Portugis.

Itu menandakan, Ratu Kalinyamat berhasil membangun kepercayaan diri bangsa sebagai negara maritim yang disegani oleh pemimpin kawasan dan dunia.

Meluruskan Sejarah

Tak heran bila Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat terus berupaya mengusulkan nama Ratu Kalinyamat menjadi pahlawan nasional.

“Pernah diusulkan pada 2009, tapi ditolak karena dianggap tokoh fiktif,” katanya kepada wartawan di sela acara Napak Tilas Ratu Kalinyamat Pahlawan Maritim Nusantara di Markas Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (11/8).

Tak hanya sebatas tokoh fiktif, citra negatif Ratu Kalinyamat sebagai pendendam dan ratu yang menghalalkan segala cara dalam memerangi musuhnya juga harus diluruskan.

Lestari justru mempertanyakan, bila dianggap tokoh fiktif, mengapa Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Kabinet Pembangunan III periode 1978-1983, Daoed Joesoef memugar makam Ratu Kalinyamat. Bahkan, jauh sebelum itu, Presiden Soekarno juga sempat berziarah ke makam Ratu Kalinyamat.

Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat menyerahkan wayang kepada Dalang Ki Catur Kuncoro saat pembukaan pergelaran wayang kulit dengan lakon Ratu Kalinyamat di Ndalem Yudhanegaran, Yogyakarta, Sabtu malam 4 Juni 2022. (Antara/Luqman Hakim)

“Kami berhasil menyusun naskah akademik yang kemudian disampaikan kepada Pemerintah Jawa Tengah. Oleh pemerintah Jawa Tengah dan dalam hal ini oleh Gubernur Jawa Tengah (Ganjar Pranowo) secara resmi sudah mengajukan kepada pemerintah pusat,” ungkapnya.

Sebelumnya, Lestari juga sempat memaparkan hasil penelitian selama dua tahun terakhir oleh Pusat Kajian Ratu Kalinyamat yang dipimpin oleh Prof Ratno Lukito. Menurut dia, telah ditemukan bukti-bukti primer yang menguatkan fakta bahwa Ratu Kalinyamat adalah penggagas konsep poros maritim di Nusantara, lewat pembentukan aliansi dengan sejumlah kerajaan dari Aceh sampai Hitu di Ambon dalam melawan penjajah Portugis.

Fakta-fakta sejarah tersebut sejatinya menjadi pengetahuan masyarakat luas agar sejarah bangsa dapat dipahami dengan baik.

“Ini adalah upaya meluruskan sejumlah fakta yang terdistorsi oleh legenda dan mitos yang berkembang selama ini. Upaya ini juga bagian dari cara anak bangsa menghormati pengorbanan para pejuang dalam merebut kemerdekaan,” ucap Lestari.