Bagikan:

JAKARTA - Calon Presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat, Joe Biden mendeklarasikan kemenangannya di Wisconsin, salah satu wilayah yang paling diperebutkan suaranya. Namun, Manager Kampanye Presiden Donald Trump, Bill Stepien kekeh meminta suara dihitung ulang. Bagaimana prosesnya? Dapatkah mengubah keadaan?

Menurut peraturan negara bagian Wisconsin, penghitungan ulang suara Pilpres memang bisa dilakukan. Permohonan tersebut bisa dilakukan dengan syarat selisihnya kurang dari satu persen.

Untuk biaya, bila selisih suara antara kedua kandidat kurang dari 0,25 persen, maka negara yang akan menanggung. Namun jika selisihnya lebih dari itu, maka biaya prosesnya ditanggung tim kampanye si pemohon. 

Menurut hasil hitung cepat pada Rabu 4 November, menunjukkan Biden memimpin Trump dengan selisih sekitar 0,6 persen atau sekitar 20.500 suara di Wisconsin. Jumlah itu memungkinkan Trump bisa mengajukan penghitungan ulang namun dengan biaya sendiri. 

Lantas berapa biayanya? Sebagai gambaran, seperti dilansir The Washington Post, kandidat presiden dari Partai Hijau, Jill Stein pernah membayar hampir 3,5 juta dolar AS untuk menghitung ulang suara Pemilu empat tahun lalu.

Berapa lama?

Masih menurut aturan negara Wisconsin, tiap provinsi harus menyelesaikan pencatatan suara ulang dan menyerahkan hasilnya ke negara bagian sampai sebelum 17 November. Itu artinya tim kampanye Trump punya waktu sekitar 12 hari lagi.

Pengajuan penghitungan ulang suara bisa dilakukan selambat-lambatnya pukul 5 sore pada hari kerja pertama setelah negara bagian menerima hasil akhir penghitungan suara dari 72 provinsi. Sementara batas waktu bagi provinsi untuk menyerahkan hasil Pemilu ini yakni 17 November.

Penghitungan ulang setidaknya harus dimulai selambat-lambatnya pukul 9 pagi pada hari ketiga setelah Komisi Pemilihan Wisconsin memerintahkannya. Sementara dewan penyidik daerah harus menyelesaikan penghitungan ulang dan meneruskan hasilnya ke negara bagian selambat-lambatnya 13 hari setelah diperintahkan. Lalu, bagaimana prosesnya? 

Pertama-tama negara bagian akan mendistribusikan kembali surat suara yang telah dihitung ke provinsi. Di sana, suara kemudian dicek dan dihitung ulang. Mereka bisa melakukan penghitungan itu secara manual, maupun dengan mengisi ulang surat suara melalui mesin tabulator.

Sebagai gambaran, Wakil Panitera Winnebago, Julie Barthels pernah mengumpulkan 40 orang setiap hari untuk menghitung 84.000 surat suara di wilayahnya secara manual pada 2016. "Ini berjalan sangat lancar, dan kami berharap yang ini akan sama," kata Barthels dikutip The Post.

Bisakah mengubah hasil?

Menurut para pejabat di Wisconsin, penghitungan suara ulang di sana jarang mengubah hasil akhir secara signifikan. "Saya berharap jika ada penghitungan ulang, jumlahnya tidak akan banyak berubah," kata Scott McDonell, juru tulis dari Demokrat di wilayah Dane.

Senada dengan McDonell, juru tulis di wilayah Brown, Juno mengatakan hanya sedikit jumlah suara yang berubah pada penghitungan ulang suara 2016. "Satu [kandidat] akan kehilangan satu suara, tapi nanti akan mengambil satu suara lagi... Sebagian besar, mereka seperti saling mengalahkan," katanya.

Di seluruh negara bagian, pada 2016, Clinton meningkatkan penghitungan suaranya sebanyak 713 suara, sementara Trump meningkatkan jumlah suaranya sebesar 844. Ini artinya, margin kemenangan keseluruhan Trump ditambah 131 suara sebagai hasil dari penghitungan ulang tersebut.

Menurut mantan Gubernur Wisconsin Scott Walker, selisih 20.000 suara merupakan tantangan yang tinggi bagi Trump. Namun ia menambahkan, proses "penggalian ulang" suara lokal yang sekarang sedang berlangsung dapat mengungkapkan masalah yang ada dalam proses penghitungan saat ini.

"Itu akan membuat prospek perubahan hasil lebih mungkin," kata Walker. "Intinya, tidak ada yang boleh mengumumkan kemenangan di Wisconsin sampai kanvas catatan suara disertifikasi oleh negara."