Kisruh Minyak Goreng: Pemerintah Tak Cepat Tanggap, Harga Bakal Naik Terus
Masyarakat mengantre minyak goreng curah. (Foto: ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Walau pemerintah telah memberikan subsidi harga minyak goreng dan menetapkan harga eceran tertinggi, namun selama dua pekan terakhir isu minyak goreng belum juga reda. Pemerintah harus melakukan pengawasan tata niaga agar stok dan distribusi minyak goreng lebih tepat sasaran.

Harga minyak goreng curah per 24 Desember 2021 menjadi Rp17.800 per liter. Demikian pula dengan harga minyak goreng kemasan sederhana naik menjadi Rp18.400 per liter dan minyak goreng kemasan premium menjadi Rp20.000 per liter. Harga-harga tersebut di atas harga eceran tertinggi yang ditetapkan pemerintah, yaitu Rp11.000 per liter.

Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO ) tren kenaikan harga dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu: dampak pandemi COVID-19 (tenaga kerja dan produksi berkurang), fenomena La Nina yang memicu anomal cuaca, biaya pengiriman, serta lonjakan permintaan dari negara-negara importir. Selain itu tren kenaikan harga pangan dunia dan harga komoditas termasuk CPO ikut memicu.

Minyak goreng curah, akankah bertahan di harga Rp11.500? (Foto: ANTARA)  

Sejak awal November 2021, konten tentang minyak goreng telah menjadi berita hangat di media massa dan media sosial. Harganya yang terus melonjak memicu percakapan seputar minyak goreng.

Di mesin pencarian Google dan media sosial selama dua pekal terakhir (17-23 Januari dan 24-30 Januari 2022 ), terpantau aktivitas warganet yang menyoroti kebijakan pemerintah yang menurunkan harga minyak goreng.

Pada 19 Januari 2022 mesin pencarian Google menjadi puncak pencarian informasi seputar minyak goreng, yaitu pada momentum ditetapkannya harga minyak goreng adalah Rp14.000 per liter. Saat itu muncul informasi, pemerintah mulai menerapkan kebijakan satu harga untuk minyak goreng. Harga minyak goreng Rp.14.000 dan panic buying menjadi dua kata kunci di Google Trends.

Didominasi Perempuan

Melalui aplikasi Talkwalker pada periode yang sama terekam, pada 19 Januari 2022 konten minyak goreng ramai diperbincangkan di media sosial yaitu percakapan seputar subsidi dan kebijakan minyak goreng satu harga.

Perbincangan selama 17-23 Januari 2022 tersebut telah mendapatkan 274.000 interaksi (engagement) dari warganet.

Dominasi perempuan juga terlihat dalam isu konten minyak goreng, yang terlihat dari profil demografi yang muncul yaitu 52 persen, sedangkan laki-laki 48 persen. Dibandingkan dengan isu sebelumnya seperti Omicron, konflik Rusia, bencana tsunami Tonga, dan penangkapan musisi Ardhito Pramono.

Kedekatan perempuan dengan isu ini karena minyak goreng merupakan salah satu komoditas bahan pokok yang penting bagi masyarakat Indonesia, terutama kaum ibu.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dituding sebagai biang kekisruhan minyak goreng, setelah mengaku tak mampu mengontrol mafia minyak goreng. (Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja)

Tagar #SubsidiMinyakGorengBuatSiapa menjadi percakapan paling banyak diikuti di media sosial. Merupakan percakapan konten seputar minyak goreng yang paling banyak interaktifnya pada periode 17-23 Januari 2022.

Kebijakan pemerintah memberikan subsidi minyak goreng mampu “mendinginkan” jumlah percakapan tentang minyak goreng di media sosial. Terlepas dari sorotan tentang ketepatan subsidi dan terbatasnya jumlah minyak goreng yang dijual di ritel modern.

Jika sebelumnya pada periode 17-23 Januari terdapat 54.700 konten pencarian tentang minyak goreng di media sosial, pada 24-30 Januari 2022 jumlanya menurun menjadi 42.500 konten. Kebijakan pemerintah yang memberlakukan harga eceran tertinggi (HET) juga membuat dinamika percakapan beralih dari sorotan tentang ketepatan sasaran subsidi.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, pada 27 Januari 2022 mengumumkan pemerintah menetapkan HET minyak goreng curah Rp11.500 per liter, minyak goreng kemasan sederhana Rp13.500 per liter, dan minyak goreng kemasan premium Rp14.000 per liter.

Tak Diimbangi Stok

Namun, kebijakan ini belum diimbangi dengan ketersediaan stok minyak goreng dan distribusi yang belum merata. Yang berefek pada percakapan dengan sentimen negatif kepada pemerintah yang masih berlanjut pada pekan berikutnya (24-30 Januari 2022).

Topik yang awal yang menjadi sorotan warganet tentang kurang tepatnya sasaran subsidi minyak goreng kini berganti, percakapan di media sosial berubah menjadi empat topik yaitu goreng stok minyak yang belum stabil, dampak kebijakan kewajiban pemenuhan kebutuhan pasar domestik (DMO), harga CPO dunia yang lebih banyak ditentukan oleh Malaysia serta kartel bisnis minyak goreng.

Terlihat gejolak harga minyak goreng akan terus mengikuti masyarakat pada hari-hari mendatang, terlihat dari empat percakapan utama (top conversation) yang menghasilkan 60.000 interaksi. Kekhawatiran ini meningkat dengan berbagai alasan di antaranya dari berita kartel minyak dari koran.tempo.co, yang banyak mendapat mendapat interaksi di Facebook dan Twitter.

Deretan minyak goreng kemasan premium di ritel modern yang pembeliannya dibatasi. (Foto: ANTARA)

Di balik gejolak saat ini, biasanya minyak goreng akan mengalami kenaikan menjelang momentum hari raya atau hari-hari besar nasional.

Kenaikan harga CPO dunia maupun minimnya pengawasan rantai distribusi minyak goreng, berakibat pada kenaikan harga minyak goreng di pasaran. Melihat keresahan publik ini, sebaiknya pemerintah perlu memberikan jaminan stok dan distribusi minyak goreng.

Pemerintah harus terus memantau untuk mendukung strategi menetapkan harga eceran tertinggi. Tanpa ketersediaan stok dan distribusi yang tidak lancar ke seluruh pelosok Indonesia, isu tentang minyak goreng di jamin akan terus membayangi masyarakat.