JAKARTA - Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Gerindra, Habiburokhman meminta masyarakat untuk tak mem-bully polisi. Hal ini berkaitan dengan ramainya kritikan warganet di media sosial atas kinerja anggota polisi.
Habiburokhman memandang, sejumlah pengakuan warga yang mendapat pelayanan tak menyenangkan saat melaporkan masalah mereka ke kepolisian, hingga kasus kontroversi oknum polisi, harus disikapi dengan kepala dingin.
Menurutnya, kabar yang berkembang itu tak bisa ditelan bulat-bulat oleh warga. Sebab, kata dia, sentimen negatif warga kepada polisi bisa berdampak pada tekanan moral para anggota polisi itu sendiri.
"Saya khawatir kalau dari medsos ditelan bulat-bulat, dianggap sebagai sebuah kebenaran tanpa perlu diteliti lagi. Kasian anggota secara keseluruhan, bukan orang yang terlibat. Ini bisa menjadi demoralisasi, moralnya (polisi) down karena di-bully terus institusinya. Kita juga harus pikirkan mayoritas yang bekerja baik ini," kata Habiburokhman dalam diskusi virtual, Minggu, 31 Oktober.
BACA JUGA:
Ia melanjutkan, semua pihak harus bersikap objektif dan proporsional dalam mengenyam kabar di media sosial. Dalam pandangannya, suatu isu yang menjadi viral belum tentu benar sebagaimana narasi awalnya.
"Banyak sekali perkara yang begitu diusut, ternyata masalahnya beda. Lalu ada juga yang memang viralkan karena ada persolalan suka tidak suka," ungkap Habiburokhman.
Namun, kritikan yang datang dari warga tetap harus menjadi masukan. Hanya saja, lanjut dia, pernyataan yang berkembang perlu disaring lagi kebenarannya.
"Tetap menjadi masukan, tetapi bukan segalanya tapi media sosial benar benar kita telan bulat-bulat. Kalau klarifikasi dikatakan defensif, enggak boleh gitu, enggak fair," tuturnya.
Sebagai informasi, akhir-akhir ini polisi menjadi sorotan masyarakat, khususnya di media sosial. Beragam warganet mengaku punya pengalaman tak baik saat melaporkan masalah mereka ke kantor polisi.
Pemilik akun Twitter @fchkautsar memandang bahwa kinerja satpam BCA lebih baik dari polisi. Ia berkicau, "Polisi se-Indonesia bisa diganti satpam BCA aja gaksih." Kicauan ini ditanggapi beragam oleh warganet lainnya.
Nyaringnya kritik satire soal satpam BCA ini juga reaksi dari kerja-kerja kepolisian yang dianggap tak memuaskan hingga memicu kontroversi. Sampai-sampai, warganet ramai melontarkan tagar #PercumaLaporPolisi.
Kontroversi yang datang dari sejumlah anggota kepolisian itu sendiri, misalnya, tersorot pada adalah penghentian dugaan perkara pemerkosaan anak oleh Polres Luwu Timur.
Lima hari setelah kasus Luwu Timur, sebuah aksi represif anggota polisi ramai di media sosial. Seorang Mahasiswa UNI dibanting anggota polisi, Brigadir NP di depan Kantor Bupati Tangerang hingga kejang-kejang.
Kontrovesi lainnya adalah Kapolsek Parigi Moutong yang melakukan pemerkosaan terhadap anak seorang tersangka, dengan iming-iming ayahnya akan dibebaskan. Selanjutnya, pemukulan warga sipil di Deli Serdang oleh seorang anggota polisi.