Dirut Garuda Titip Pesan ke Jokowi Melalui Fadjroel: Sering-Seringlah Lakukan Perjalanan Dinas
Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra. (Foto: Instagram @setiaputrairfan)

Bagikan:

JAKARTA - Pandemi COVID-19 membuat kinerja maskapai penerbangan pelat merah, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk babak belur. Bahkan, pendapatan mengalami penurunan hingga 90 persen karena minimnya penumpang. 

Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra mengatakan, berbagai langkah penyelamatan sudah dilakukan agar Garuda Indonesia tetap bertahan di tengah pandemi COVID-19.

Bahkan, Irfan tak segan meminta bantuan Juru Bicara Presiden Fadjroel Rachman untuk membujuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan perjalanan dinas menggunakan Garuda Indonesia.

"Pak Fadjroel kan jubirnya Presiden, tolong lah Pak Fadjroel bilang ke Presiden supaya melakukan perjalanan dinas, ke Bali, Lombok, atau ke mana gitu," ujar Irfan dengan nada bercanda, saat mengadakan live Instagram bersama Fadjroel, Rabu, 29 Juli.

Tak hanya ke Presiden, Irfan juga meminta agar Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati dan sejumlah Kementerian Kabinet Indonesia maju untuk melakukan perjalan dinas ke sejumlah daerah di Indonesia. 

"Coba beritahu juga ke Menkeu dan kementerian lain, biar buat perjalanan dinas," tuturnya. 

Mendengar pernyataan tersebut, Fadjroel pun mengatakan, di masa pandemi COVID-19 ini Presiden Jokowi lebih banyak melakukan kegiatan dan pertemuan secara daring. 

Meski begitu, Fadjroel menegaskan, jika dirinya akan tetap terbang bersama Garuda Indonesia. Sebab, Garuda Indonesia merupakan salah satu maskapai penerbangan yang ketat menerapkan protokol kesehatan, di masa kenormalan baru.

"Anak saya waktu mau pulang dari Banjarmasin, saya bilang gunakan Garuda saja. Karena saya yakin Garuda sudah menjalankan 4M, menggunakan masker, menjaga jarak, menjauhi kerumuman dan mencuci tangan. Garuda juga membersihkan semua yang terkait dengan penumpangnya. Jadi tetap terbang, aman COVID-19," katanya.

Sebelumnya, Irfan Setiaputra mengatakan, belum optimalnya jumlah penumpang yang bepergian melalui jalur udara karena masih adanya kekhawatiran di tengah masyarakat terkait dengan penyebaran virus di dalam pesawat.

"Ada persepsi bahwa di dalam pesawat itu ruangan tertutup sangat tidak aman. Padahal faktanya adalah kabin pesawat itu jauh lebih aman dari ruangan AC di rumah kita maupun di kantor," ucapnya, dalam diskusi virtual, Jumat, 24 Juli.

Irfan menjelaskan, meski penumpang berada di ruang tertutup, tetapi ada mekanisme khusus untuk mengatur sirkulasi udara. Di kabin pesawat, perputaran udara yang terjadi secara vertikal dari atas ke bawah, bukan acak.

Lebih lanjut, Irfan menjelaskan, udara yang turun ke bawah langsung dibersihkan menggunakan penyaring partikel yang kuat atau disebut High-Efficiency Particulate Air (HEPA). Kemudian udara dipanaskan sehingga virus atau bakteri yang ada di udara mati. Lalu udara kembali dialirkan setelah melewati tahapan ini.

Menurut Irfan, secara teori filter udara ini mampu membersihkan udara hingga 95 persen. Apalagi, di masa kenormalan baru ini Garuda mengeluarkan campaign 'Terbang Bersama Garudan Aman dan Nyaman'. Sehingga, faktor kebersihan dan keamanan menjadi prioritas.

"Selain HEPA, saya juga sampaikan bahwa protokol kesehatan di dalam pesawat itu dijaga semua pihak. Awak kabin maupun penumpang, kami minta untuk menggunakan masker, membersikan diri setiap saat," ucapnya.

Irfan mengatakan, pihaknya mengikut semua arahan protokol pengamanan COVID-19, salah satunya jaga jarak. Hal ini tercermin dengan dikosongkannya bangku tengah untuk kelas ekonomi. Seperti diketahui, dalam penerbangan kelas ekonomi, biasanya bangku pesawat berjumlah tiga, sehingga yang dipakai adalah sisi kiri dan kanan saja.