Azerbaijan Klaim Berhasil Hancurkan lebih dari 48 Ribu Ranjau dan Persenjataan Peninggalan Armenia
Ilustrasi ladang ranjau. (Wikimedia Commons/Apcbg)

Bagikan:

JAKARTA - Otoritas Azerbaijan mengumumkan telah menghancurkan lebih dari 48.000 ranjau dan persenjataan yang tidak meledak, yang diletakkan oleh tentara Armenia di daerah-daerah yang dibebaskan dari pendudukan.

Badan Pekerjaan Ranjau Azerbaijan (ANAMA) dan unit teknik Angkatan Bersenjata Azerbaijan, dengan dukungan dari Kementerian Situasi Darurat, Komando Layanan Perbatasan, dan tim Pembersihan Ranjau Khusus Angkatan Bersenjata Turki, terus membersihkan ranjau di wilayah Karabakh dan provinsi sekitarnya.

Sejak 10 November 2020, total 18.302 hektar lahan telah dibersihkan oleh ahli ranjau. Sebanyak 22.230 persenjataan yang tidak meledak, 17.426 ranjau anti-personil, dan 8.755 ranjau anti-tank telah terdeteksi dan dihancurkan pada 15 Oktober 2021.

Ketua ANAMA Vugar Suleymanov mengatakan, dengan proses pembersihan ranjau masih terus berlangsung, jalan raya, rel kereta api, dan area fasilitas atau pemukiman merupakan prioritas dalam upaya pembersihan ranjau.

"Kami bertukar pengalaman dengan organisasi Turki dan akan memperluas kerja sama dengan Turki di bidang ranjau ranjau," ujar Suleymanov mengutip Yenisafak dari Anadolu Agency 22 Oktober.

Ranjau darat adalah pelanggaran berat terhadap norma dan prinsip penting hukum humaniter internasional, termasuk Konvensi Jenewa 1949.

Sebanyak 33 warga Azerbaijan, termasuk tujuh tentara dan 26 warga sipil, tewas dan 139 terluka akibat ranjau yang dipasang oleh Armenia selama masa pendudukan.

Untuk diketahui, hubungan antara bekas republik Soviet Azerbaijan dan Armenia mulai menegang tahun 1991, ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh, juga dikenal sebagai Karabakh Atas, sebuah wilayah yang diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan dan tujuh wilayah yang berdekatan.

Ketika bentrokan baru meletus pada 27 September 2020, tentara Armenia melancarkan serangan terhadap warga sipil dan pasukan Azerbaijan dan melanggar beberapa perjanjian gencatan senjata kemanusiaan.

Selama konflik 44 hari, Azerbaijan membebaskan beberapa kota dan hampir 300 pemukiman dan desa dari pendudukan hampir tiga dekade.

Pada 10 November tahun lalu, kedua negara menandatangani perjanjian yang ditengahi Rusia untuk mengakhiri pertempuran dan bekerja menuju resolusi yang komprehensif.

Sementara Pada 11 Januari, para pemimpin Rusia, Azerbaijan dan Armenia menandatangani pakta untuk mengembangkan hubungan ekonomi dan infrastruktur yang menguntungkan seluruh wilayah. Ini termasuk pembentukan kelompok kerja trilateral di Karabakh.