SUMUT - Warga Suku Banjar di Desa Lubuk Cemara, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), Sumatera Utara, menggelar Kenduri Maulid atau kerap dikenal dengan Aruh Mulud untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Masyarakat menikmati berbagai makanan khas Banjar guna mempererat silaturahmi serta diselingi bersama kegiatan ceramah agama.
Camat Perbaungan, Muhammad Fahmi menjelaskan, tradisi tersebut adalah khas asli masyarakat Banjar dari Kalimantan Selatan yang sudah puluhan tahun bermigrasi dan tinggal di daerah tersebut.
"Agar tidak kehilangan identitas budaya, maka tradisi Aruh Mulud terus dilestarikan yang biasanya dilakukan pada momen perayaan hari besar umat Islam. selain dilaksanakan oleh Suku Banjar, kegiatan itu juga mengundang suku lainnya seperti Melayu, Jawa dan Batak, guna semakin mempererat silaturahmi," katanya di Perbaungan, Antara, Selasa, 19 Oktober.
Tradisi yang berawal dari banyaknya orang Banjar yang datang ke Sumatera Utara dan tinggal secara terpisah ini, diminati semua kalangan dari milenial hingga orang tua. Acara tersebut merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap bulan maulid, hanya bedanya kalau ditempat mereka ada Aruh Mulud yang maksudnya kenduri.
"Acaranya dilaksanakan pagi menjelang dzuhur. Tapi dari pagi itu sarapan dulu, dengan dibagi dari masing masing rumah itu ada minimal delapan orang sampai 12 orang, dimana setiap desa itu tergantung berapa rumah yang sanggup menyediakan," katanya.
BACA JUGA:
Selain silaturahmi, masyarakat juga bisa menikmati berbagai hidangan khas Banjar seperti ampal hitam, ampal putih, sayur nanas serta kuliner khas nusantara seperti ayam bakar dan sop kaki sapi yang dibuat dari sumbangan beberapa keluarga yang bersedia menjadi tuan rumah.
"Kuliner yang ada di acara Aruh Mulud atau kenduri Maulud tentu saja yang dihadirkan itu adalah masakan masakan khas Banjar. Begitulah, yang penting memang khas masakan masakan khas Banjar yang ditampilkan," kata Siti Ratila, salah seorang tuan rumah acara Aruh Mulud
.
Sementara seorang warga Banjar, Rusli, mengaku senang karena tradisi tersebut masih terjaga sampai sekarang dan dilakukan sejak pagi sampai siang sehingga nuansa silaturahmi semakin erat dan tidak hanya seremonial belaka.
"Tujuannya adalah silaturahmi. Kedua merayakan hari besar Islam terutama maulid," katanya.