Bagikan:

TEMANGGUNG – Selain memiliki keterampilan memijat, para tunanetra di Panti Pelayanan Sosial Disabilitas Sensorik Netra (PPSDSN) Penganthi Temanggung, Jawa Tengah juga bisa menjadi barista kopi. Sebab, para tunanetra di panti tersebut telah mengikuti pelatihan barista yang diselenggarakan Sekolah Kopi Gemawang.

Dalam kegiatan yang digelar di Aula PPSDSN Penganthi Temanggung, para tunanetra terlihat begitu antusias saat berlatih menyeduh kopi.

Pekerja sosial ahli muda PPSDSN Penganthi Sutarmi mengatakan selama ini penyandang disabilitas sensorik netra hanya sebagai konsumen, tetapi dengan adanya pelatihan ini mereka bisa menyeduh kopi secara mandiri.

"Anak-anak kami yang disabilitas sensorik netra (tunanetra) ini ternyata bisa juga membuat kopi secara mandiri dan nanti tujuan kami setelah mereka lulus dari sini, di samping mempunyai keterampilan pijat atau jadi terapis tetapi mereka juga bisa mengembangkan jiwa wirausaha sebagai barista," kata Sutarmi, Sabtu 16 Oktober.

Dia menjelaskan pelatihan barista dari Sekolah Kopi Gemawang ini merupakan ilmu yang luar biasa untuk anak-anak disabilitas sensorik netra.

"Kalau kopi diseduh orang dengan penglihatan normal itu sudah biasa, tetapi anak-anak disabilitas sensorik netra ini ternyata juga bisa sehingga mungkin konsumen akan lebih tertarik," katanya.

Ia menyampaikan terima kasih atas kerja sama dan kepedulian dari masyarakat Gemawang yang diprakarsai Camat Gemawang Marlini Tarigan.

Camat Gemawang Marlini Tarigan menyampaikan anak-anak penyandang disabilitas netra bersemangat mengikuti pelatihan menyeduh kopi ini.

"Kami berharap pelatihan ini menjadi tambahan ilmu buat mereka, selain mendapat ilmu terapi pijat, nantinya mereka juga mempunyai ilmu tambahan penyeduhan kopi. Jadi setelah mereka selesai pendidikan di sini bisa buka praktik pijat, tetapi juga bisa tambahan penghasilan lain yaitu dari usaha perkopian," katanya.

Koordinator Sekolah Kopi Gemawang Sarwadi mengatakan keingintahuan para penyandang disabilitas netra di Panti Penganthi tinggi.

"Saya cermati minat mereka sangat tinggi, ingin tahu cara menyeduh kopi," katanya.

Ia menyebutkan dalam pelatihan ini diajarkan tiga teknis seduh kopi, yakni seduh tubruk, interest, dan V60.

Peserta pelatihan Pambayun Seto (27) menyampaikan pelatihan kopi bermanfaat bagi dirinya sebagai penyandang disabilitas netra.

"Dengan mendapat ilmu tentang menyeduh kopi seperti ini kemampuan kami tidak hanya sebatas pijat atau terapis. Mudah-mudahan kami nantinya bisa mengembangkan kewirausahaan bidang perkopian ini," katanya.