Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah di pasar spot tak mampu melanjutkan tren penguatannya dan berakhir melemah pada penutupan perdagangan Jumat 24 Juli. Rupiah ditutup melemah 0,21 persen atau 30 poin ke level Rp14.610 per dolar Amerika Serikat (AS). 

"Kelihatannya kekhwatiran cukup tinggi di pasar keuangan," ujar Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra kepada VOI.

Ia mengatakan, pasar mulai menilai bahwa memanasnya hubungan AS-China dan kasus COVID-19 yang terus meninggi, tidak hanya mengganggu pemulihan ekonomi AS, tapi juga global sehingga harga aset berisiko tertekan turun termasuk rupiah.

"Terjadi peralihan ke aset aman, terlihat yield obligasi Pemerintah AS tenor 10 tahun terus turun selama sepekan terakhir, yang menunjukkan minat terhadap aset aman dolar AS meninggi," ujar Ariston.

Hingga pukul 15.00 WIB, mayoritas mata uang di kawasan pun sejalan dengan rupiah karena berada di zona merah. Won Korea menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam setelah turun 0,34 persen. 

Disusul yuan China yang melemah 0,24 persen dan rupee India yang terkikis 0,16 persen. Berikutnya ada dolar Taiwan yang koreksi 0,13 persen serta ringgit Malaysia yang terdepresiasi 0,10 persen terhadap dolar AS. 

Selanjutnya, baht Thailand dan dolar Hong Kong yang terlihat melemah tipis, masing-masing 0,04 persen dan 0,006 persen. 

Sementara itu, yen Jepang tampak perkasa setelah menjadi mata uang dengan penguatan terbesar di kawasan. Yen berhasil menguat 0,61 persen terhadap dolar AS.

Peso Filipina pun berada tepat di bawah yen, setelah naik 0,06 persen. Kemudian ada dolar Singapura yang naik tipis 0,03 persen pada sore ini.