JAKARTA - Ada kekhawatiran dalam peringatan Hari Anak Nasional di masa pandemi COVID-19 tahun ini. Anak-anak jadi lebih banyak menghabiskan waktu dengan bermain game di perangkat elektronik seperti ponsel dan komputer.
Tak bisa dihindari, pandemi COVID-19 mengakibatkan pemerintah membuat kebijakan pembatasan pada anak, seperti belajar jarak jauh dari rumah via daring, hingga menganjurkan agar anak tak bermain di luar bersama teman-temannya.
Psikolog anak dari Universitas Indonesia, Rose Mini Agoes Salim menyebut ada potensi anak menjadi kecanduan bermain gawai dari kebijakan pembatasan selama wabah COVID-19.
BACA JUGA:
Saat anak telah menyelesaikan belajar secara daring, mereka butuh penyegaran pikiran dan mengisi waktu luang. Sementara, mereka tak bisa keluar rumah untuk bermain dan akhirnya bermain gawai untuk menghilangkan kebosanan.
Yang dikhawatirkan, anak menjadi ketagihan bermain dan menjadi malas belajar. Atas dasar itu, Rose Mini menyebut orang tua mesti menjaga agar anak tidak bergantung pada gawai dalam mengisi waktu luang.
"Masalah anak keasyikan main game itu bisa diatasi oleh orang tua. Makanya, saat memperkenalkan gawai kepada anak, orang tua harus kasih penekanan dulu bahwa perangkat tersebut hanya digunakan untuk belajar," kata Rose Mini kepada VOI, Kamis, 23 Juli.
Masalahnya, Rose Mini melihat banyak orang tua yang melarang anak bermain gawai tanpa ada cara lain untuk mengisi waktu luang anak. Mestinya, orang tua bisa menyediakan kegiatan lain yang membuat anak tertarik.
"Misalnya anak suka bermain bola. Karena dengan keterbatasan, mereka enggak diperkenankan bermain di lapangan bersama teman-teman, orang tua mestinya bisa cari cara lain seperti bermain lempar bola tangan menggunakan kertas digumpal gumpal. Itu kan bisa jadi permainan," jelas Rose Mini.
"Kalau dilarang pakai gadget, yakinlah kita punya sesuatu yang membuat anak tertarik. tapi jangan disetop menggunakan gadget tanpa kita melakukan apa apa. ini enggak fair bagi anak. keluar rumah enggak boleh, di dalam rumah juga enggak diajak main," tambah dia.
Selain itu, orang tua juga mesti mengajarkan anak untuk menerapkan protokol pencegahan COVID-19 karena pandemi belum usai.
Kata Rose Mini, pengajaran penerapan protokol kesehatan anak harus didahului dengan cara peniruan. Maksudnya, anak melakukan sikap sesuai dengan apa yang ia tiru di lingkungan sekitarnya.
"Bapak-ibunya pertama mesti menerapkan protokol COVID-19 terlebih dahulu seperti rajin mencuci tangan, mengenakan masker, menjaga jarak, tidak keluar rumah kalau tidak mendesak. Nanti anak akan mencontoh," tutur dia.
Karena perkembangan kognitif atau kemampuan memperoleh pengetahuan anak masih terbatas, Rose Mini memandang orang tua perlu menjelaskan protokol COVID-19 dengan cara yang menyenangkan dan mudah dipahami.
"Pengajaran itu bisa dikreasikan dengan permainan. Misalnya, tangan kita dioleskan cat tinta yang hanya terlihat saat (glow in the dark). Kalau cahaya terang kan enggak kelihatan, tapi cat atau kumannya sebenarnya ada. Makanya, kalau enggak cuci tangan, enggak bakal hilang," jelasnya.