Bagikan:

YOGYAKARTA - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta mengusulkan uji coba pembukaan destinasi wisata pantai secara terbatas.

"Kami mengusulkan paling tidak ada satu destinasi wisata pantai yang dibuka," kata Ketua PHRI DIY Deddy Pranawa Eryana dikutip Antara, Senin, 11 Oktober.

Deddy menuturkan pantai selama ini merupakan salah satu destinasi yang memiliki andil signifikan terhadap 'length of stay' atau lama kunjungan wisata di DIY.

Dengan kunjungan yang lebih lama, menurut dia, okupansi atau tingkat hunian biasanya ikut terdongkrak, baik untuk hotel berbintang maupun nonbintang.

"Sebagian besar untuk wisatawan, khususnya yang menengah ke bawah kan yang banyak diminati pantai. Setelah mengunjungi pantai baisanya banyak yang menginap," ujar Deddy.

Jika uji coba pembukaan wisata pantai nantinya dizinkan, Deddy berharap bisa memprioritaskan yang berlokasi di Gunung Kidul seperti Pantai Baron dan Indrayanti. Pertimbangannya, banyak anggota PHRI DIY termasuk pengelola restoran di kabupaten itu yang batal menerima kunjungan wisatawan.

"Anggota PHRI di Gunungkidul yang dalam portal sudah banyak yang nenangis karena tamu-tamunya diputar balik," kata dia.

Dengan tetap menerapkan protokol kesehatan ketat, dia meyakini kegiatan wisata pantai bakal aman. Jika masih terkendala sinyal internet untuk mengakses aplikasi PeduliLindungi, menurutnya, pengunjung untuk sementara bisa diminta menyerahkan kartu vaksin.

Hingga saat ini ada tujuh destinasi wisata di DIY yang pemperoleh izin uji coba operasional secara terbatas oleh pemerintah pusat yakni Gembira Loka Zoo di Kota Yogyakarta; Taman Tebing Breksi, Candi Ratu Boko, dan Taman Wisata Marapi Park di Kabupaten Sleman; serta Pinus Pengger, Seribu Batu, dan Hutan Pinussari Mangunan di Kabupaten Bantul.

Uji coba pembukaan tujuh destinasi wisata itu, diakui Deddy, menjadi titik awal kebangkitan pariwisata di DIY.

Kendati demikian, Deddy menyebut belum berkontribusi signifikan terhadap okupansi hotel karena kebanyakan wisatawan yang berkunjung ke DIY hanya melakukan 'one day tour' atau berwisata sehari.

"Rombongan-rombongan bus yang ramai saat akhir pekan itu sebagian besar 'one day tour' tanpa menginap, meski ada yang menginap di hotel," kata Deddy.

Deddy menyebutkan selama PPKM level 3, okupansi hotel bintang tiga, empat, dan lima mencapai 80 persen saat akhir pekan dan 40 persen saat hari kerja (weekdays). Sedangkan hotel bintang dua ke bawah rata-rata 40 persen saat akhir pekan dan 15-20 persen hari kerja.

Okupansi tersebut, kata dia, sebagian besar masih didorong reservasi berbagai kegiatan pameran, seminar, atau konvensi (MICE) oleh sejumlah instansi pemerintahan yang berkegiatan di DIY. "Sampai sekarang kami masih tertolong oleh MICE," ujar Deddy.