Bagikan:

WONOSOBO - Bappeda Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah menyatakan, sebanyak 27.181 anak usia 7-18 tahun masuk kategori belum pernah sekolah dan tidak sekolah lagi. Butuh perhatian dan penanganan serius mengatasi soal ini. 

Kabid Pemerintahan Sosial dan Budaya Bappeda Kabupaten Wonosobo, Amin Purnadi mengatakan, salah satu yang digagas mengatasi hal ini adalah Program Mayo Sekolah atau Ayo Sekolah.

"Kami mengajak sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD) terkait untuk menekan angka anak tidak sekolah (ATS) tersebut dengan mengangkat gagasan berupa Program Mayo Sekolah," kata Amin usai rakor lintas sektor membahas penanganan ATS di Wonosobo, Antara, Jumat, 8 Oktober.

Rakor berlangsung pada 7-8 Oktober 2021 itu melibatkan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, Dinas Sosial Permasdes, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Dinas PPKBPPA, dan Bagian Kesejahteraan Rakyat Setda.

"Forum rakor ini dalam rangka menyamakan persepsi perihal bagaimana upaya ke depan untuk menangani problem anak tidak sekolah bersama-sama sehingga pelaksanaannya tidak tumpang tindih serta bisa menyentuh sasaran yang tepat," katanya.

Amin Purnadi menambahkan, setelah rakor itu pihaknya segera menindaklanjuti dengan pemetaan data secara terpadu, sebelum kemudian berlanjut pada tahapan rencana aksi daerah.

Kepala Sub Bidang Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Wonosobo Sri Fatonah WI menambahkan, penyebab masih tingginya angka anak tidak sekolah di Kabupaten Wonosobo karena kondisi geografis pegunungan dengan kontur relatif tidak rata. imbasnya, anak-anak sulit mengakses pendidikan.

"Kemudian juga masih ada desa dan dusun terpencil di Kabupaten Wonosobo dengan tingkat kesulitan beragam untuk mencapai sekolah terdekat, baik di jenjang SD, SMP maupun SMA," katanya.

Berdasarkan data peta layanan transportasi dan sebaran SMP, katanya, tidak semua sekolah berada di jalur layanan transportasi sehingga jarak antara rumah dengan sekolah cukup jauh. 

Jarak yang jauh tersebut, menurut dia, juga menambah beban bagi orang tua untuk menyediakan biaya transportasi tambahan, baik ketika harus menggunakan ojek maupun terpaksa mengizinkan anaknya mengendarai kendaraan roda 2 meskipun secara usia belum diperkenankan.

Tingginya ATS tersebut, katanya, berujung pada rendahnya rata-rata lama sekolah (RTLS) di Kabupaten Wonosobo. Data tahun 2020, RTLS Kabupaten Wonosobo masih berada pada angka 6,81 tahun, jauh di bawah RTLS Provinsi Jawa Tengah yang telah berada pada angka 7,69 pada tahun yang sama.

"Di kawasan regional eks-Karesidenan Kedu, Kabupaten Wonosobo juga berada di posisi paling bawah sehingga memang diperlukan keseriusan seluruh pihak agar kondisi tersebut bisa diperbaiki," demikian Sri Fatonah WI.