JAKARTA - Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI menggelar simulasi pemungutan suara Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 di TPS. Teknis simulasi ini berbeda dengan pemilihan sebelum-sebelumnya karena menggunakan protokol pencegahan COVID-19.
Simulasi ini dilakukan di halaman Kantor KPU RI, Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat. Kegiatan yang dimulai sejak pukul 07.30 WIB ini juga ditayangkan secara langsung dalam laman Facebook KPU RI.
KPU membuat tenda beserta perlengkapan pemungutan suara yang diperlukan di TPS. Perlengkapan tersebut mulai dari kotak suara, surat suara, hingga alat pelindung diri (APD) yang digunakan oleh jajaran kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) seperti masker, face shield, dan sarung tangan.
Dalam melakukan simulasi, KPU mengundang Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Achmad Yurianto (Yuri). Yuri ikut menjadi pemilih dan menjajal proses pemungutan suara.
Ketika masuk dalam TPS, ada pengukuran suhu tubuh menggunakan termometer tembak. Apabila suhunya kurang dari 37,3 derajat celsius, pemilih dipersilakan masuk ke TPS.
Pemilih yang tidak membawa masker akan diberikan masker yang disediakan Kemudian, pemilih diminta untuk membersihkan tangan menggunakan hand sanitizer.
Sebelum menerima kertas suara untuk dicoblos, pemilih diberikan sarung tangan untuk dikenakan. Pemilih yang belum menerima surat suara duduk di kursi yang diberi jarak tiap satu meter.
Dalam memberi tanda telah mencoblos, pemilih tidak diperkenankan mencelupkan jari ke dalam botol tinta, melainkan diteteskan oleh petugas KPPS. Pada tahapan ini, Yuri memberi saran agar pencelupan jari ke dalam botol tinta tetap dilakukan.
"Semakin banyak orang yang dilibatkan, semakin rentan. Oleh karena itu, mungkin disiapkan saja kayak yang model lama yang dicelupkan. (COVID-19) tidak akan menular melalui tinta. Virus ini hanya masuk ke orang lewat saluran napas, tidak lewat jari," kata Yuri di lokasi.
Menanggapi hal ini, Komisioner KPU I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi mengutarakan kekhawatirannya jika pemilih tak mau mencelupkan jarinya karena takut tertular COVID-19. "Kalau pemilih berulang-ulang tidak apa-apa? Takutnya orang tidak mau mencelupkan jarinya," tanya Dewa kepada Yuri.
"Makanya, sejak awal kita jelaskan alasan ini supaya tidak perlu menambah orang (petugas yang berada di dalam TPS). Saran saya sih begitu," jawab Yuri.
Setelah keluar dari TPS, Yuri menyebut masih perlu ada perbaikan terhadap pola teknis pemungutan suara Pilkada 2020. Hal ini dilakukan agar kelanjutan proses pemungutan suara berjalan lancar dan aman dari penularan COVID-19.
"Kita sedang mencoba mencari skenario yang paling baik bagaimana. Nanti, pasti dari KPU akan memilih skenario setelah mendapat pertimbangan teknis dari kami di Kemenkes. (Skenario) nanti akan ditulis dan inilah yang akan jadi pedoman untuk daerah," ungkap Yuri.