Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah di pasar spot dibuka menguat signifikan pada perdagangan Rabu 22 Juli. Rupiah dibuka melesat 136 poin ke level Rp14.605 per dolar Amerika Serikat.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, penguatan rupiah disokong oleh sentimen eksternal, terutama penyelamatan ekonomi Eropa dan penemuan vaksin COVID-19

"Kesepakatan stimulus Uni Eropa senilai 750 miliar euro mengangkat harga aset-aset berisiko termasuk rupiah," ujar Ariston kepada VOI.

Kesepakatan tersebut kata Ariston, dinilai bisa membantu pemulihan ekonomi. Stimulus juga memberikan likuiditas di pasar keuangan yang mendorong para pelaku pasar berinvestasi di aset berisiko yang menawarkan yield lebih tinggi.

Namun di sisi lain, rupiah mungkin akan tertekan karena mendapatkan sentimen negatif dari pernyataan presiden Trump pagi ini bahwa krisis virus COVID-19 masih akan memburuk di AS.

"Kekhawatiran virus COVID-19 yang terus meningkat di dunia juga masih menjadi penekan aset berisiko termasuk rupiah," jelasnya.

Mayoritas Menguat

Pagi ini, hingga pukul 09.00 WIB, mayoritas mata uang di kawasan memang berada di zona hijau. Namun, dolar Singapura dan dolar Hong Kong mengisi zona negatif pada pagi hari ini.

Dolar Singapura terlihat melemah 0,05 persen dan menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di kawasan. Disusul dolar Hong Kong yang turun tipis 0,004 persen.

Sementara itu, won Korea Selatan tepat berada di bawah rupiah, setelah menguat 0,34 persen. Kemudian ada dolar Taiwan yang menanjak 0,33 persen dan yuan China yang terangkat 0,19 persen.

Menyusul di belakangnya ada ringgit Malaysia yang naik 0,17 persen. Kemudian, peso Filipina dan baht Thailand yang sama-sama terapresiasi 0,16 persen terhadap dolar AS.

Selanjutnya yen Jepang melengkapi penguatan di zona Asia setelah naik tipis 0,03 persen pada pagi hari ini.