JEMBER - Solehudin (32) bersama dua anaknya Zahra Fitriani (9) dan Salsabilla Putri (8), hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya di Jember, Jawa Timur.
Sementara istrinya meninggal dunia saat masih bekerja di Bali beberapa tahun lalu.
Setahun terakhir mereka harus tinggal di pos kamling yang ada di Kelurahan Bintoro, Kecamatan Patrang, Jember. Pos kamling itu dijadikan layaknya rumah bagi keluarga ini.
Solehudin mengatakan, sebelum menempati pos kamling sempat berpindah tempat tinggal. Kadang menumpang tempat orang lain, kadang di emperan rumah warga.
"Sempat juga numpang di rumah kosong yang ada di Pakusari. Tetapi setelah dihuni yang punya rumah, saya pindah dan tinggal di sini," kata Solehudin, Selasa 5 Oktober.
Dia mengaku terpaksa tinggal di pos kamling karena tidak memiliki rumah. Rumah mertuanya juga ditempati oleh iparnya.
"Rumah mertua atau orang tua dari almarhumah istri saya ditinggali oleh saudara ipar, saya segan kalau mau numpang," kata dia.
Sementara anaknya dulu sempat bersekolah. Tapi kini tak melanjutkan sekolah karena tak ada uang.
"Tapi karena ada kendala biaya, ikut saya, jadi tidak sekolah," kata dia.
Selama tinggal di pos kamling, Solehudin harus ke sungai terdekat untuk keperluan MCK. Solehudin kesehariannya bekerja serabutan seperti di bengkel dan membuat layangan.
"Kalau untuk makan, kadang ada warga yang memberi ke kami. Kadang juga beli di warung," kata dia.
Kabar keluarga Solehudin tinggal di pos kamling menyebar di media sosia. Dinas Sosial Jember pun mendatangi keluarga ini.
"Setelah kita datangi, lalu kita ajak pindah ke tempat yang lebih layak," kata Plt Kepala Dinsos Jember, Widi Prasetyo
Dinsos mulanya ingin memindahkan keluarga Solehudin di rumah peristirahatan milik pengasuh Pondok Pesantren Asshiddiqie Putri (Ashri).
Kebetulan ada rumah milik pengasuh pondok yang tidak jauh dari lokasi pos kamling. Namun kedua anaknya menangis karena tak ada teman.
Selanjutnya diputuskan keluarga Solehudin untuk sementara tinggal di rumah warga terdekat.
BACA JUGA:
Dinsos berjanji bakal mencarikan tanah kosong dan diikutkan program pembangunan RTLH (Rumah Tidak Layak Huni).
"Sambil kita carikan tanah kosong, nanti diikutkan program pembangunan RTLH (Rumah Tidak Layak Huni)," kata Widi.
Pemkab Jember, kata Widi, dalam 30 hari ke depan akan menjamin kebutuhan dasar keluarga ini. Kemudian kedua anaknya juga akan disekolahkan.
"Yang paling utama adalah dua anak ini harus sekolah, wajib itu. Negara harus hadir untuk memastikannya," katanya.
Widi mengakui keluarga ini belum tersentuh satu pun program bantuan sosial dari pemerintah. Alasannya nama Solehudin tidak tercatat di data pokok.
"Sehingga sampai kapan pun tidak akan bisa mendapatkan bantuan seperti PKH dan sebagainya. Tadi sudah kita proses untuk masuk daftar juga BPJS Kesehatan bersama dua anaknya," katanya.