Bagikan:

JAKARTA - Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Andika Perkasa dan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono dinilai unggul jadi kandidat panglima TNI menggantikan Marsekal TNI Hadi Tjahjanto.

“Secara umum, Andika Perkasa mengungguli calon lainnya untuk empat dimensi, (yaitu) integritas, akseptabilitas (penerimaan), kapabilitas, dan responsivitas, sedangkan Yudo Margono unggul pada dimensi kontinuitas (keberlanjutan). Namun, perbedaan skor pada masing-masing kandidat tidak signifikan,” kata Peneliti Hukum dan Hak Asasi Manusia Setara Institute Ikhsan Yosari saat peluncuran hasil survei secara virtual dilansir Antara, Senin, 4 Oktober.

Dimensi dan skor itu merujuk pada indikator penilaian yang digunakan oleh SETARA saat menggelar survei persepsi para ahli. Setidaknya ada 100 ahli pertahanan, keamanan, dan HAM dari universitas dan organisasi masyarakat sipil yang terlibat dalam penelitian itu.

Lima dimensi pengukuran yang digunakan oleh SETARA, yaitu kapabilitas, integritas, responsivitas, akseptabilitas, dan kontinuitas.

Untuk dimensi kapabilitas, skor Jenderal TNI Andika Perkasa menempati urutan teratas yaitu 8,25, diikuti oleh Laksamana TNI Yudo Margono 8,15, dan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo 8,03.

Dimensi kapabilitas mengukur persepsi para ahli mengenai kemampuan para kandidat panglima memahami masalah geopolitik, politik regional, reformasi TNI, dinamika ancaman, dan kondisi persenjataan/alutsista.

Hasil penilaian diukur dalam rentang skor 1 sampai 10, yang artinya semakin besar angka, maka semakin baik penilaiannya, terang Ikhsan Yosari.

Dalam survei itu, ada tiga kandidat panglima yang jadi rujukan riset, yaitu Jenderal TNI Andika Perkasa, Laksamana TNI Yudo Margono, dan Marsekal TNI Fadjar Prasetyo.

Ketiganya diyakini memenuhi syarat sebagai calon panglima TNI sebagaimana diatur dalam Pasal 13 ayat (4) Undang-Undang TNI.

Untuk dimensi responsivitas, Kasad kembali mendapat skor lebih unggul, yaitu 8,20, sementara Kasal 8,11 dan Kasau 7,99.

Kriteria yang diukur dalam dimensi responsivitas mencakup kebijakan masing-masing kandidat terhadap kesejahteraan dan pengembangan kualitas prajurit, respon terhadap kasus kekerasan yang melibatkan prajurit TNI, respon terhadap peristiwa kebencanaan, kritik publik, dan kebutuhan/permintaan persenjataan TNI.

Kemudian pada dimensi akseptabilitas, skor Kasad masih unggul 8,04, diikuti oleh Kasal 7,78 dan Kasau 7,65.

Dimensi akseptabilitas mengukur hubungan para kandidat panglima dengan pihak lain, di antaranya Presiden, lembaga parlemen, Polri, kementerian/lembaga, serta organisasi masyarakat sipil, organisasi massa, dan kelompok-kelompok rentan.

Skor Kasad pada dimensi integritas juga lebih unggul daripada Kasal dan Kasau. Jenderal TNI Andika mendapat skor 7,84, kemudian Kasal 7,83, dan Kasau 7,70.

Dimensi integritas mengukur persepsi para ahli terhadap komitmen antikorupsi, penghormatan dan perlindungan HAM, isu antikekerasan dan antidiskriminasi, netralitas politik, dan penghormatan terhadap supremasi hukum.

Meskipun rata-rata skor Kasad menempati urutan pertama, skor Kasal pada persepsi antikorupsi, netralitas politik, dan penghormatan pada HAM lebih unggul dibandingkan Jenderal TNI Andika Perkasa dan Marsekal TNI Fadjar Prasetyo.

Terakhir, rata-rata skor Kasal pada penilaian para ahli terkait kontinuitas menempati urutan teratas 7,97, diikuti oleh Kasau 7,90 dan Kasad 7,75.

Dimensi kontinuitas mengukur keberlanjutan program-program TNI, peningkatan kemampuan perang, peningkatan pembangunan alutsista, agenda reformasi TNI, dan pembaruan pada UU Peradilan Militer.