Kepala Intelijen Militer Israel: Iran Tidak akan Memperoleh Bom Nuklir dalam Waktu Dekat
Kepala Intelijen Militer Israel Mayjen Tamir Haym. (Wikimedia Commons/IDF Spokesperson's Unit photographer)

Bagikan:

JAKARTA - Kepala intelijen Israel Mayjen Tamir Hayman menyebut Iran masih jauh dari memiliki bom nuklir, kendati mampu memperkaya uranium hingga tingkat yang belum pernah dicapai sebelumnya.

Menurut Hayman, sementara tingkat uranium yang diperkaya 'mengganggu', tapi, Iran masih memiliki jalan panjang sebelum memperoleh bom nuklir yang berfungsi dan dapat mengancam Israel.

"Ada jumlah (uranium) yang diperkaya dalam volume yang belum pernah kita lihat sebelumnya dan itu mengganggu. Pada saat yang sama, dalam semua aspek lain dari proyek nuklir Iran, kami tidak melihat kemajuan," kata Hayman dalam sebuah wawancara dengan Walla! News, seperti mengutip The Jerusalem Post 2 Oktober.

"Tidak di proyek senjata, di bidang keuangan, tidak di sektor lain. Oleh karena itu jangka waktu yang masih tersisa dua tahun tidak berubah. Karena bahkan dari saat Anda memiliki pelarian, masih ada jalan panjang sebelum bom nuklir," sambungnya.

“Sepengetahuan kami, arahan tidak berubah dan mereka tidak menuju terobosan. Mereka tidak sedang menuju bom sekarang. Mungkin di masa depan yang jauh," tukas Hayman.

Iran menghadapi tiga pilihan, katanya, kembali ke Kesepakatan Nuklir 2015 sebelumnya, keluar dan pergi untuk 'pemberontakan yang belum pernah terjadi sebelumnya', termasuk dalam senjata dan pengayaan lanjutan, atau pergi untuk kesepakatan yang lebih baik di mana mereka akan mencapai jauh lebih banyak daripada yang mereka miliki di masa lalu.

Hayman mengatakan bahwa sementara 'hal yang benar untuk dilakukan' adalah, bertindak di sisi diplomasi vis-a-vis Iran dan program nuklirnya, harus ada opsi militer yang praktis dan andal bersama dengan alat ekonomi dan diplomatik.

"Mari kita sepakati fakta bahwa hal yang benar untuk dilakukan adalah membawa Iran ke arah yang kita inginkan di sisi diplomasi, upaya kesepakatan yang lebih baik," paparnya.

Iran selalu membantah mencari senjata nuklir, tetapi diyakini mereka terus mengembangkan kemampuan untuk menghasilkan persenjataan seperti itu, serta rudal balistik yang mampu membawa hulu ledak nuklir.

Dalam kesempatan yang sama, Hayman juga memeringatkan Iran terkait dengan kekuatan dan kemampuan militer, termasuk Angkatan Udara Israel, dalam menghadapi Teheran.

Menurut Hayman, meski Teheran mengerahkan rudal anti-pesawat canggih, rudal permukaan-ke-udara dan banyak lagi, mereka terus mengalami kesulitan menghadapi serangan oleh Angkatan Udara Israel.

"Pembunuhan Qassem Soleimani, mantan komandan Pasukan Quds Pengawal Revolusi Iran, adalah salah satu peristiwa paling signifikan dan penting di zaman saya," tuturnya, seraya menambahkan pembunuhan tersebut memberikan kontribusi signifikan bagi keamanan nasional Israel.

Untuk diketahui, Soleimani terbunuh dalam serangan pesawat tak berawak Amerika terhadap Bandara Baghdad pada Januari 2020 bersama dengan Abu Mahdi al- Muhandis, wakil komandan Pasukan Mobilisasi Populer paramiliter Irak.