Bagikan:

JAKARTA - Seorang petugas Kepolisian Metropolitan, London, Inggris dihukum seumur hidup pada Kamis kemarin, karena menculik eksekutif pemasaran Sarah Everard (33) di jalanan London, kemudian memperkosa dan membunuh, mengejutkan Inggris dan menimbulkan gelombang protes kekerasan terhadap perempuan.

Wayne Couzens (48), seorang perwira polisi London yang telah bertugas dan mendapat kehormatan menjaga tempat diplomatik, disebut Pengadialn Old Bailey menggunakan posisinya untuk menghentikan Everard.

Couzens memaksa Everard masuk ke mobil, saat dia berjalan pulang setelah mengunjungi seorang teman di London selatan pada 3 Maret. Tubuhnya ditemukan di hutan sekitar 50 mil (80 km) jauhnya di Inggris tenggara. Hasil post-mortem menyimpulkan dia telah meninggal sebagai akibat dari kompresi leher.

Dengan hakim memutuskannya bersalah dan menjatuhkan hukuman seumur hidup, berarti dia tidak memiliki peluang pembebasan bersyarat.

"Tidak ada yang bisa membuat segalanya lebih baik, tidak ada yang bisa membawa Sarah kembali, tetapi mengetahui dia akan dipenjara selamanya membawa sedikit kelegaan," kata keluarga Everard dalam sebuah pernyataan, mengutip Reuters 1 Oktober.

"Wayne Couzens memegang posisi kepercayaan sebagai petugas polisi. Kami marah dan muak, karena dia menyalahgunakan kepercayaan ini untuk memikat Sarah ke kematiannya," sambung pihak keluarga.

Pembunuhan itu memicu unjuk rasa publik dan curahan kemarahan dari para wanita, menceritakan pengalaman ketakutan dan kekhawatiran mereka keluar sendiri pada malam hari.

cressida dick
Komandan Kepolisian Metropolitan Cressida Dick (memegang kacamata). (Wikimedia Commons/Katie Chan)

Seorang saksi melihat Everard diborgol sebelum penculikannya. Sementara, polisi yang menyelidiki kasus tersebut mengatakan, Couzens mungkin menggunakan protokol COVID-19 sebagai alasan untuk menangkapnya secara salah.

Hakim Adrian Fulford mengatakan, Couzens telah lama merencanakan serangan seksual dengan kekerasan terhadap korban yang belum dipilih, memaksanya masuk ke dalam tahanan.

"Saya tidak ragu sedikit pun, terdakwa menggunakan posisinya sebagai petugas polisi untuk memaksanya dengan dalih yang sepenuhnya salah ke dalam mobil yang dia sewa untuk tujuan ini," ujar Fulford di persidangan.

Terpisah, Komandan Kepolisian Metropolitan Cressida Dick, marah dan hancur dengan kejahatan yang dilakukan Couzens. Ia pun telah meminta maaf kepada keluarga Everard.

"Polisi kami ada di sana untuk melindungi kami, dan saya tahu petugas akan ikut merasakan keterkejutan dan kehancuran kami, atas pengkhianatan total terhadap tugas ini," ungkap Perdana Menteri Boris Johnson.

Pengawas polisi Inggris sedang menyelidiki kegagalan polisi untuk menyelidiki insiden paparan tidak senonoh yang terkait dengan Couzens pada 2015, dan dua tuduhan serupa lainnya pada Februari tahun ini.

Sementara, anggota parlemen oposisi Harriet Harman meminta Dick untuk mengundurkan diri dari posisinya.

"Sarah Everard hanya berjalan pulang. Wanita harus bisa mempercayai polisi, bukan takut pada mereka. Kepercayaan wanita pada polisi akan hancur," kritik Harman di Twitter.

Dalam sebuah pernyataan di luar pengadilan, Dick tidak menjawab pertanyaan tentang posisinya sendiri.

"Tindakannya adalah pengkhianatan kotor terhadap semua yang diperjuangkan kepolisian! Apa yang dia lakukan tidak terpikirkan dan mengerikan. Pria ini telah mempermalukan Met (polisi)" kritinya, menggambarkannya sebagai salah satu peristiwa paling mengerikan di sejarah 190 tahun Layanan Polisi Metropolitan London.

"Tidak ada kata-kata yang dapat sepenuhnya mengungkapkan kemarahan dan kesedihan yang luar biasa yang kita semua rasakan tentang apa yang terjadi pada Sarah. Saya sangat menyesal," getirnya sebagai sesama perempuan.