Patung Soekarno di Stasiun Tawang, Ganjar: Jadi Semangat Anak Muda, Bagaimana Pemimpin Merasakan Penderitaan Rakyat
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat menghadiri presmian Patung Soekarno Polder Tawang secara daring di Semarang, Rabu (29/9) petang. ANTARA/HO-Humas Pemprov Jateng

Bagikan:

SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang juga politikus PDI Perjuangan menyebut patung Ir. Soekarno (Bung Karno) di tengah polder Stasiun Tawang, Kota Semarang, menjadi simbol semangat generasi muda untuk berpikir ideologis dan kebangsaan.

"Patung ini diharapkan menjadi semangat anak muda untuk berpikir ideologi, berpikir kebangsaan, dan bagaimana seorang pemimpin yang mau merasakan penderitaan rakyatnya. Untuk itu tokoh Soekarno sangat luar biasa, sekaligus beliau berani menantang dunia, sehingga hampir seluruh pidato-pidatonya, speech-nya di dunia internasional selalu membikin orang terbelalak, ternganga, dan respek betul karena kecerdasan beliau," kata Ganjar, usai menghadiri acara Peresmian Patung Soekarno Polder Tawang secara daring, di Semarang, dilansir Antara, Rabu, 29 September.

Acara itu juga dihadiri secara daring oleh Ketua Umum PDI Perjuangan sekaligus Presiden ke-5 RI dan perwakilan keluarga Bung Karno, Megawati Soekarnoputri.

Orang nomor satu di Pemprov Jateng itu juga menekankan kembali cerita yang disampaikan oleh Megawati Soekarnoputri mengenai bagaimana perjalanan Soekarno muda sampai menjadi presiden itu yang penuh tantangan, termasuk bagaimana peran tokoh-tokoh bangsa saat itu yang bersama-sama membidani lahirnya Republik Indonesia.

"Diceritakan juga hal yang kecil kenapa Bung Karno memanggil pemuda kita 'Bung', itu memberikan satu semangat yang bagus dan gelora bagi anak muda. Ini yang membuat anak muda musti paham," ujarnya.

Ganjar menambahkan keberadaan patung Soekarno setinggi itu juga memberikan satu nilai estetika bersejarah dengan lanskap Stasiun Tawang dan Kawasan Kota Lama Semarang yang mengingatkan bagaimana perjalanan sejarah Republik Indonesia dengan perkeretaapian di Indonesia.

"Ini tidak lepas dari peran PT KAI yang membangun itu, seniman dari Bali Ketut Winata yang sudah mengukir sangat bagus. Sampai Bu Mega tadi cerita bagaimana sejarah perkeretaapian dicuplik dari pidato Bung Karno. Itu sebuah cerita yang menunjukkan bagaimana pemahaman Bu Megawati pada sejarah perjuangan bangsa sampai sejarah perjuangan kereta api," katanya.

Adapun dalam sambutannya, Megawati Soekarnoputri menceritakan sejarah awal kemerdekaan, yakni pada Juni 1946, yang waktu itu Pemerintahan Republik Indonesia harus dipindah ke Yogyakarta.

Jawatan kereta api yang dulu bernama TNKA atau PJKA tersebut menyediakan dua kereta sekaligus untuk membawa pemerintahan dari Jakarta ke Yogyakarta.

Dalam sambutannya, Megawati juga mengutip pidato Bung Karno yang berupa pantun.

"Ada satu pidato khusus dari Bung Karno tentang revolusi dan kereta api. Bunyinya 'Siapa bilang saya dari Tegal, saya dari Majalengka. Siapa bilang revolusi kita gagal, sebab kita punya TNKA (PJKA)," kata Megawati.