Inggris Tuduh Rusia Meretas Data Vaksin COVID-19 di Seluruh Dunia
Ilustrasi (Unsplash/Blake Connally)

Bagikan:

JAKARTA - Pusat Keamanan Siber Nasional Inggris (NCSC) melaporkan, ada upaya peretasan dari intelijen Rusia untuk mencuri data pengembangan vaksin COVID-19 di seluruh dunia. Tudingan Inggris soal peretasan yang dilakukan negeri beruang merah bukan pertama kali terjadi. 

Menurut sebuah pernyataan terkoordinasi dari Inggris, Amerika Serikat (AS) dan Kanada yang dikutip Reuters hari ini, peretasan itu berkaitan dengan kelompok APT29. Mereka yang juga dikenal sebagai Cozy Bear, hampir dipastikan berafiliasi dengan intelijen Rusia. 

"Kami mengutuk serangan tercela ini terhadap mereka yang melakukan pekerjaan vital untuk memerangi pandemi COVID-19," kata Direktur Operasi NCSC Paul Chichester. Peneliti NCSN bilang, alat peretes APT29 pernah digunakan di AS, Jepang, China dan Afrika dalam setahun belakangan. 

Selain soal peretasan data COVID-19, Inggris juga menuding Rusia berusaha mencampuri urusan Pemilu 2019 dengan mencoba menyebarkan dokumen propaganda lewat internet. Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan, tindakan yang diduga dilakukan oleh intelijen Rusia tersebut benar-benar tidak dapat diterima. 

"Sementara orang lain mengejar kepentingan egois mereka dengan perilaku sembrono, Inggris dan sekutunya melanjutkan kerja keras untuk menemukan vaksin dan melindungi kesehatan global," kata Raab dalam sebuah pernyataan. Raab menambahkan bahwa Inggris akan bekerja dengan sekutu untuk meminta pertanggungjawaban pelaku.

Dari tahun lalu

Serangan kelompok peretas yang diduga berasal dari Rusia tersebut ternyata telah terdeteksi setahun terakhir. Hal itu diungkapkan oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri AS dan Komando Perang Dunia Maya AS. 

Badan AS itu juga merinci alat peretasan yang digunakan oleh peretas Rusia. Mereka menyebut nama-nama sandi yang berkaitan dengan alat peretasan seperti WELLMAIL, SOREFANG dan WELLMESS. 

Seperti diketahui, dalam beberapa kasus, WELLMESS ditemukan pada perusahaan farmasi AS. Alat ini memungkinkan para peretas diam-diam mendapatkan akses jarak jauh ke komputer. Pihak swasta tersebut menolak menyebutkan nama para korban yang berhasil diretas. 

Inggris dan AS sempat membuat pernyataan pada Mei bahwa jaringan peretas menargetkan organisasi nasional dan internasional yang menanggapi pandemi COVID-19. Namun sebelumnya, serangan seperti itu tidak secara gamblang berafiliasi ke Rusia. 

Sementara itu lewat keterangan tertulis NCSC menjelaskan, serangan kelompok tersebut berlanjut menggunakan berbagai alat dan teknik, termasuk phising dan malware khusus. "APT29 kemungkinan akan terus menargetkan organisasi yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan vaksin COVID-19, karena mereka berusaha untuk menjawab pertanyaan intelijen tambahan yang berkaitan dengan pandemi," tertulis.

Namun seperti diwartakan kantor berita Rusia RIA, Juru Bicara Kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov menolak tuduhan itu. Peskov bilang tuduhan itu tak punya bukti kuat. Sementara Kementerian  Luar Negeri Rusia mengatakan tuduhan itu "abu-abu dan kontradiktif."