Bagikan:

JAKARTA - China sanggup menghindari resesi setelah perekonomian mereka tumbuh 3,2 persen di kuartal II tahun ini. China jadi negara pertama yang berhasil memulihkan perekonomiannya di tengah pandemi COVID-19.

Seperti dikutip dari South China Morning Post Jumat 17 Juli, ekonomi China anjlok hingga 6,8 persen pada kuartal I 2020. Namun akhirnya bangkit di kuartal II 2020.

Adapun dengan raihan pertumbuhan ekonomi tersebut, China jadi negara ekonomi besar pertama yang berhasil meraih pertumbuhan positif. Sementara saingannya seperti Amerika Serikat (AS), Jepang, dan negara Uni Eropa masih terlihat kesulitan mengatasi masalah ekonomi mereka.

Peneliti dari Kementerian Perdagangan China Mei Xinyu mengatakan, ekonomi China telah pasti melampaui AS pada kuartal kedua tahun ini. "PDB China selama 2020 bisa saja lebih rendah dari AS. Tapi, jika masalah domestik di AS terus berlanjut, maka PDB China bisa melebihi AS tahun ini," kata Mei.

Akibat pandemi yang melanda dunia, pada Mei lalu Perdana Menteri Li Keqianh mengumumkan, China tidak akan menetapkan target pertumbuhan ekonomi untuk tahun ini.

Pertumbuhan ekonomi China yang positif seolah membuktikan klaim mereka terkait keberhasilan mengatasi penyebaran wabah COVID-19.

Di sisi lain, AS sendiri masih menanti perbaikan ekonomi pada kuartal II di tengah pandemi COVID-19. Melansir CNBC, ada kabar positif dari penjualan ritel di Negeri Paman Sam pada Juni 2020 tumbuh 7,5 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).

Peningkatan penjualan ritel di AS didorong oleh barang-barang tahan lama (durable goods) seperti kendaraan bermotor, perabot rumah tangga, pakaian, perangkat elektronik, alat musik, sampai buku. Penjualan barang non-tahan lama pun melesat, misalnya konsumsi masyarakat di restoran dan bar naik sampai 20 persen.

Selepas pelonggaran social distancing, masyarakat AS sepertinya sudah berani beraktivitas di luar rumah. Buktinya pemesanan barang secara online turun 2,4 persen, pertanda bahwa orang-orang sudah kembali berbelanja di toko fisik.

Ekonomi AS terkontraksi 4,8 persen pada kuartal I 2020. Itu menjadi bukti bahwa wabah COVID-19 mampu melumpuhkan ekonomi negara Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar di dunia tersebut.