Bagikan:

JAKARTA - Pengembang properti PT Intiland Development Tbk menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2019. Pemegang saham telah memberikan pesetujuan seluruh agenda RUPS Tahunan yang diselenggarakan Intiland.

Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Archied Noto Pradono menjelaskan pada RUPS Tahunan, Intiland mengusulkan enam agenda untuk mendapatkan persetujuan dari pemegang saham. Keenam agenda tersebut meliputi Persetujuan Laporan Tahunan dan Pengesahan Neraca dan Perhitungan Rugi Laba untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2019, penunjukan Kantor Akuntan Publik, dan penetapan remunerasi Dewan Komisaris dan Direksi.

Selain agenda tersebut, pemegang saham juga telah menyetujui perubahan susunan Direksi dan Dewan Komisaris serta penetapan penggunaan laba bersih sebesar Rp251,4 miliar.

"Kami menyampaikan apresiasi kepada seluruh pemegang saham yang telah memberikan persetujuan seluruh agenda RUPS Tahunan yang diusulkan oleh manajemen," kata Archied dalam keterangannya, Rabu 15 Juli.

Dalam agenda perubahan susunan Direksi dan Dewan Komisaris, Wakil Direktur Utama Perseroan Sinarto Dharmawan menduduki posisi baru sebagai Komisaris Utama. Keanggotaan Dewan Komisaris juga diperkuat dengan penunjukan Friso Palilingan selaku Komisaris Independen.

Friso Palilingan sebelumnya menjabat sebagai anggota Komite Audit Perseroan sejak tahun 2013. Beliau memiliki pengalaman panjang di bidang keuangan dan akuntansi. Peraih gelar master di bidang akuntansi dari Kwik Kian Gie School of Business ini menjabat sebagai Rekan di PKF Indonesia dan anggota Dewan Standar Akuntansi Keuangan di Ikatan Akuntan Indonesia.

Mempertimbangkan situasi dan kondisi akibat pandemi COVID-19 serta rencana usaha tahun ini, Intiland memutuskan untuk belum membagikan dividen atas laba yang diperoleh tahun 2019. Seluruh laba bersih yang diperoleh akan digunakan sebagai laba ditahan sebesar Rp249,4 miliar dan sisanya sebesar Rp2 miliar sebagai cadangan wajib.

Archied mengakui bahwa industri properti menjadi salah satu sektor yang paling terdampak pandemi COVID-19. Banyak konsumen dan investor properti cenderung bersikap menunggu kondisi membaik dan memilih untuk menunda dulu pembelian.

"Hampir semua developer menghadapi tantangan yang cukup berat, termasuk dampak dari pandemi COVID-19 . Meskipun daya beli pasar tetap ada, konsumen memilih untuk menunda pembelian atau investasi. Penjualan properti masih didominasi pasar end user, terutama di segmen menegah ke bawah," kata Archied.

Kinerja Kuartal I 2020

Di tengah tantangan yang terjadi di industri properti, Intiland masih berhasil mempertahankan kinerja usaha. Sampai akhir kuartal I tahun ini, Intiland membukukan pendapatan usaha sebesar Rp830,6 miliar, atau turun 6,4 persen dibandingkan kuartal I 2019 senilai Rp887,6 miliar. Penurunan ini terutama disebabkan oleh turunnya pengakuan pendapatan dari segmen mixed-use & high rise dan kawasan perumahan.

Pendapatan pengembangan (development income) tercatat memberikan kontribusi terbesar, yakni mencapai Rp546,8 miliar atau 82,3 persen dari keseluruhan. Perolehan tersebut bersumber dari segmen pengembangan mixed-use dan high rise senilai Rp455,1 miliar dan kawasan perumahan sebesar Rp91,7 miliar.

"Di triwulan pertama tahun ini, kami juga melakukan penjualan lahan seluas 3,2 hektar di Surabaya senilai Rp58,3 miliar. Lahan ini masuk kategori inventori dan bukan termasuk aset utama yang akan dikembangkan dalam waktu dekat," ungkap Archied.

Intiland juga memperoleh pendapatan usaha yang bersumber dari pendapatan berkelanjutan (recurring income) sebesar Rp159,6 miliar atau 17,7 persen dari keseluruhan. Pendapatan usaha dari segmen ini meningkat 1,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp157,1 miliar.

Sebagai tambahan, Intiland juga memperoleh pendapatan derivatif senilai Rp124,1 miliar. Pendapatan atas bunga ini merupakan dampak atas penerapan Pernyataan Standar Akutansi Keuangan baru yang berlaku mulai awal tahun 2020.

Intiland tercatat membukukan laba usaha sebesar Rp234,9 miliar atau meningkat 27,6 persen dibandingkan perolehan triwulan I tahun 2019. Peningkatan ini mendorong perolehan laba bersih sebesar Rp84,4 miliar atau melonjak 74,4 persen dibandingkan triwulan I tahun lalu senilai Rp48,4 miliar.