JAKARTA - Mulai Senin kemarin, para pelajar kembali bersekolah. Namun, di tengah pandemi COVID-19, mereka terpaksa memulai pembelajaran lewat daring atau pembelajaran jarak jauh (PJJ). Sayangnya, PJJ masih berhadapan dengan masalah infrastruktur internet. Bahkan di kota-kota besar seperti Jakarta pun, kecepatan internet terasa melambat.
Pelaksanaan PJJ masih berhadapan dengan berbagai masalah utamanya di bidang infrastruktur, internet dan listrik. Mengutip harian Kompas, Senin, 13 Juli 2020, tercatat lebih dari 47.000 satuan pendidikan tak memiliki akses listrik serta internet.
BACA JUGA:
Sementara itu menurut data Kementereian Pendidikan dan Kebudayaan pada April 2020 menunjukkan, 40.779 atau sekitar 18 persen sekolah dasar dan menengah tidak meiliki akses internet. Sementara sekitar 3 persen atau sekitar 7.552 sekolah belum terpasang listrik.
”Tentu sangat sulit penyelesaiannya jika suatu daerah terpelosok tidak punya akses listrik dan internet, tetapi juga ada (penularan) Covid-19. Pembelajaran daring tidak mungkin dilakukan, sementara tatap muka juga tak bisa terwujud,” kata Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Agus Sartono.
Di Papua misalnya, Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Papua mencatat ada 14 daerah yang sama sekali tak bisa menerapkan PJJ selama pandemi COVID-19. Daerah-daerah itu meliputi Puncak, Puncak Jaya, Yalimo, Mamberamo Tengah, Dogiyai, Deiyai, Intan Jaya, Lanny Jaya, Nduga, Asmat, Boven Digoel, Yahukimo, Pegunungan Bintang, dan Mamberamo Raya.
Oleh karenanya, PJJ hanya bisa dilaksanakan di kota besar seperti Jayapura dan Mimika. Bahkan di kota pun tak semua orangtua mampu menyediakan kuota internet atau membelikan gawai bagi anak untuk mengikuti PJJ.
Selain itu, PJJ pun sulit diterapkan di Maluku. Masalahnya serupa. Tak semua wilayah terjangkau akses internet dan sebagian keluarga kesulitan untuk membeli perangkat yang menopang PJJ.
Internet angot-angotan?
Bicara soal kecepatan internet, menurut catatan The Economist Intelligence Unit (EIU) Indonesia memang masih di bawah rata-rata kecepatan internet di Asia.
Mereka mencatat rata-rata kecepatan unduh seluler di Indonesia menurut mereka yakni 14 Mbps. Angka itu masih jauh dari rata-rata kecepatan unduh di Asia yakni 30,9 Mbps.
Sementara itu rata-rata kecepatan unggah Indonesia mencapai 10,9 Mbps. Namun masih mendekati rata-rata kecepatan unggah Asia yakni 12,9 Mbps.
Jangankan di pelosok, di ibu kota Jakarta saja, internet masih terasa angot-angotan. Berdasarkan hasil Speedtest kecepatan unduhan atau download, dari Internet Service Provider (ISP) IndiHome berkisar antara 15,75 Mbps. Sedangkan kecepatan unggah data atau upload, berkisar antara 5,61 Mbps.