Bagikan:

JAKARTA - Menikah dini seringkali masih dianggap sebagai budaya suatu daerah. Contohnya di Pekalongan, ada siswi yang baru lulus SMP langsung dilamar dan siap menikah.

Temuan ini didapat Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen saat mampir ke SMAN 1 Petungkriyono, Pekalongan Kamis 16 September lalu. Dia menemukan kalau pembelajaran jarak jauh (PJJ) di daerah-daerah yang budaya nikah dininya masih kental, justru dianggap 'izin' kelonggaran untuk menikah sambil sekolah.

Kepala SMAN 1 Petungkriyono Agus Dwi Prodo menyampaikan, di daerah itu, ada siswi lulus SMP sudah banyak yang dilamar. Bahkan di sekolah ini, sudah tiga orang siswi kelas X yang bertunangan.

"Orang tua kalau sudah ada yang menanyakan (anaknya), wis ora usah (tidak usah) sekolah. Jadi pikirannya orang tua (PJJ) kayak kejar paket C, sing sekolahe ora saben dina (yang sekolahnya tidak setiap hari). Sing (yang) penting dapat ijazah," kata Agus.

Menikah dini di Petungkriyono memang masih menjadi bagian dari budaya. Di samping itu, sekitar 80 persen orang tua siswa tidak berpendidikan memadai. Untuk menekan pernikahan dini, pihak sekolah sudah berusaha mengedukasi masyarakat.

Wakil Gubernur Taj Yasin menyadari, daerah-daerah di pinggiran dan terpencil memang masih kental dengan budaya nikah dini. Maka, keberadaan sekolah diupayakan dekat dengan masyarakat, agar mudah diakses. Pembelajaran tatap muka pun, saat ini didorong untuk dimulai, dengan catatan ketat dalam menerapkan protokol kesehatan.

“Nah ini (pernikahan dini) memang perlu diperhatikan khusus. Dan mereka harus didorong (kesadarannya),” ujarnya.

Ditambahkan, pemerintah telah berupaya agar jangan sampai ada siswa yang putus sekolah, termasuk dengan alasan menikah dini.

“(Nikah dini) Selain (jadi) putus sekolah, juga berbahaya. Kita lagi kampanye untuk ‘Jo Kawin Bocah‘. Kita dorong itu,” pungkas dia.