JAKARTA - Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan menteri dari partainya terus menunjukkan soliditas. Selain itu, PDIP akan terus mendorong agar menteri yang berasal dari partainya untuk menjadi menteri yang efektif di pemerintahan.
"Jadi mereka menunjukkan kinerja terbaik bagi Pak Jokowi dan semuanya kan untuk bangsa dan negara Indonesia," kata Hasto dalam keterangan tertulisnya yang dikutip Minggu, 12 Juli.
Sedangkan terkait maraknya isu reshuffle, Hasto mengatakan reshuffle atau perombakan kabinet merupakan hak prerogatif presiden. Dia yakin Jokowi akan mengambil keputusan terkait reshuffle sesuai dengan hasil evaluasi dan kajian serta mendengar aspirasi masyarakat.
Jika reshuffle dilakukan, Hasto kemudian menyebut sejumlah kriteria bagi menteri yang dianggap cocok menjabat di tengah masa krisis akibat pandemi COVID-19 seperti kemampuan leadership, kemampuan manajerial, gerak cepat, serta keberanian mengambil risiko.
"Sehingga tanpa diperintah oleh presiden, (menteri, red) langsung bergerak untuk menjadikan kementerian yang dipimpinnya itu terdepan baik dari aspek politik, aspek perekonomian, maupun di dalam bergerak bersama rakyat untuk menghadapi berbagai persoalan yang tidak mudah ini," tegasnya.
Sebelumnya, Ketua Bappilu PDI Perjuangan Bambang Wuryanto memprediksi reshuffle akan dilakukan oleh Presiden Jokowi setelah Pilkada 2020 yang diadakan 9 Desember mendatang. "Analisis ini, ini analasisi ya. Analisis (saya, red) reshuffle dilaksanakan setelah pilkada serentak," tegasnya.
BACA JUGA:
Dia mengatakan, analisis itu karena Presiden Jokowi tak senang membuat keputusan yang membuat gaduh dan menimbulkan situasi kisruh dalam politik Indonesia. Sebab, situasi politik yang kisruh akan menyulitkan pekerjaannya.
"Pak Jokowi itu enggak suka mengambil keputusan yang bikin horeg (ribut atau kisruh, red). Karena orang kerja kalau dibikin horeg susah kerjanya," tegasnya sambil menambahkan wajar jika Jokowi menyentil menterinya.
"Jadi kalau Pak Jokowi kemudian terhadap kinerja para menteri, nyentil ya wajar. Kan dia yang jadiin. Belum sesuai harapanku misalnya, ya wajar dong," ujarnya.
Diketahui, beberapa waktu yang lalu Presiden Jokowi membuka sinyal adanya perombakan kabinet atau reshuffle setelah kecewa dengan kinerja menterinya yang biasa-biasa saja di tengah krisis akibat pandemi COVID-19.
“Bisa saja, membubarkan lembaga. Bisa saja reshuffle. Sudah kepikiran kemana-mana saya. Entah buat perppu yang lebih penting lagi. Kalau memang diperlukan,” tegas Jokowi.
Selanjutnya, dalam rapat terbatas yang ditayangkan Rabu, 8 Juli di akun YouTube Sekretariat Presiden, Jokowi kembali menunjukkan gelagat tak puas akan kinerja para menterinya. Saat itu dia menyindir menterinya agar tak bekerja biasa saja di tengah pandemi.
"Jangan sampai tiga bulan yang lalu kita menyampaikan bekerja dari rumah, work from home yang saya lihat ini kayak cuti malahan," ujarnya.
"Jangan bekerja biasa-biasa saja. Kerja lebih keras itu yang saya inginkan pada kondisi seperti ini," pungkasnya.