JAKARTA - Sedikitnya satu juta anak-anak Nigeria terancam tidak bisa sekolah, saat tahun ajaran baru dimulai di tengah meningkatnya penculikan sekolah massal dan ketidakamanan, kata Badan Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF).
Sekolah telah menjadi sasaran penculikan massal untuk tebusan di Nigeria utara oleh kelompok bersenjata. Penculikan semacam itu di Nigeria pertama kali dilakukan oleh kelompok jihadis Boko Haram, kemudian cabangnya ISIS Provinsi Afrika Barat. Namun, kini praktik tersebut telah diadopsi geng-geng kriminal.
Sejauh ini, telah terjadi 20 serangan di sekolah-sekolah di Nigeria tahun ini, dengan lebih dari 1.400 anak diculik dan 16 orang tewas, kata UNICEF, seraya menambahkan bahwa lebih dari 200 anak masih hilang.
"Pelajar terputus dari pendidikan mereka, karena keluarga dan masyarakat tetap takut mengirim anak-anak kembali ke ruang kelas mereka, karena serentetan serangan sekolah dan penculikan siswa di Nigeria," terang Peter Hawkins, Perwakilan UNICEF di Nigeria, mengutip Reuters Kamis 16 September.
Lebih dari 37 juta anak Nigeria akan memulai tahun ajaran baru bulan ini, kata UNICEF. Diperkirakan delapan juta anak harus menunggu lebih dari satu tahun untuk pembelajaran langsung, setelah sekolah ditutup karena penguncian COVID-19. Selain, ketidakamanan juga menyebabkan penutupan sekolah di Nigeria.
Beberapa negara bagian barat laut telah mencoba untuk mengekang serentetan penculikan, dengan melarang penjualan bahan bakar dalam jerigen dan pengangkutan kayu bakar di truk. Tujuannya, mengganggu geng yang bepergian dengan sepeda motor dan berkemah di tempat-tempat terpencil.
Sebelumnya, awal masa sekolah diundur tanpa penjelasan di Abuja, ibu kota Nigeria (FCT), setelah sekolah-sekolah di negara bagian terdekat menjadi sasaran para penculik yang meminta uang tebusan.
Beberapa orang tua di FCT mengatakan, anak-anak yang datang ke sekolah berharap untuk memulai kembali pelajaran, diberitahu tahun ajaran baru tidak akan dimulai sampai 19 September.
BACA JUGA:
Sebuah dokumen yang dikeluarkan oleh Sekretariat Pendidikan FCT, yang diperoleh Reuters menunjukkan, tanggal baru berlaku untuk semua sekolah, baik yang dikelola negara atau swasta, Kristen, Muslim, asrama atau hari.
Itu tidak biasa bagi otoritas publik untuk mengamanatkan tanggal mulai untuk sekolah swasta. Reuters telah meminta kementerian untuk FCT untuk memberikan komentar.