Akui Target Vaksinasi per Hari Menurun, Wagub DKI: Sekarang Susah Cari Warga yang Belum Divaksin
Wagub DKI Jakarta Riza Patria/ DOK VOI- Rizky Adytia

Bagikan:

JAKARTA - Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengaku saat ini capaian vaksinasi COVID-19 per hari di Jakarta menurun dari sebelumnya. Saat ini, kurang dari 100 ribu warga yang divaksinasi per hari.

"Memang sekarang ini (capaian vaksinasi) agak menurun karena kan jumlahnya sudah banyak sekali sekarang ini tidak mudah lagi mengerahkan orang datang," kata Riza di gedung DPRD DKI, Jakarta Pusat, Rabu, 15 September.

Dengan capaian vaksinasi yang sudah melewati target 11 juta warga di Ibu Kota, Riza memandang Pemprov DKI semakin sulit menyisir warga. Mengingat, masih ada 2,5 juta warga Jakarta yang belum divaksinasi.

"Susah sekarang nyari yang belum. Jadi masalah adalah karena memang sudah hampir mendekati selesai, ya. Kita sedang menyisir yang terserak-serak. Kira-kira begitu," ungkap Riza.

Sementara itu, Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama menuturkan, dari total 8,9 juta penduduk DKI berusia 12 tahun ke atas, baru ada 6,4 juta warga DKI yang sudah divaksinasi dosis pertama dan 4 juta yang sudah divaksinasi dosis kedua.

Jika ditambahkan warga non-DKI, saat ini Pemprov sudah menyuntikkan vaksinasi kepada 10,1 juta orang. Sehingga, saat ini Pemprov DKI menargetkan 14 juta penduduk yang beraktivitas di Jakarta untuk divaksinasi.

Jutaan warga DKI yang belum menjalani vaksinasi punya beberapa sebab, di antaranya adalah penyintas COVID-19 yang belum 3 bulan sembuh, memiliki komorbid, hingga tak mau divaksinasi.

Pada orang yang tak mau divaksinasi COVID-19, kata Ngabila, mereka memandang bahwa vaksin tak manjur untuk mencegah penularan virus corona. Lalu, ada juga yang mengkhawatirkan efek samping, hingga masih menunggu vaksin tertentu yang belum tersedia di Indonesia.

"Jadinya itu yang harus benar-benar hati-hati. Kita masih mencari juga 2,5 juta orang Jakarta yang sebenarnya belum divaksin. Apakah memang data kependudukan yang perlu kita lakukan peremajaan kembali. Kalau terkait fenomena orang pilih merk vaksin, kami tidak sarankan," ucapnya.