Bagikan:

JAKARTA – Hampir sepekan, Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Said Abdullah bersama pemerintah menetapkan target pertumbuhan ekonomi di level 5,2 persen pada 2022. Angka tersebut cukup jauh dari tahun 2021 yang memiliki target sebesar 3,7-4,5 persen.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memiliki pandangan yang berbeda. Dia menyebut indikator menjadi negara maju, tidak hanya berupa pertumbuhan ekonomi yang mesti di atas lima persen setiap tahun.

“Seringkali kita disuguhkan beberapa indikator yang sering disampaikan seperti pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, kesenjangan, atau nilai tukar petani, nilai tukar nelayan, dan sebagainya. Namun, kemajuan suatu bangsa pasti selalu terikat dan ditentukan oleh kualitas manusianya,” kata Menkeu Sri Mulyani mengutip Antara, Minggu 12 September.

Menurut Sri Mulyani, dengan mengandalkan pendapatan per kapita masyarakat yang tinggi sebagai kinerja ekonomi nasional hanya sebagian saja untuk bisa dijadikan indikator negara maju. 

Indonesia, lanjut Sri Mulyani, juga mesti memenuhi persyaratan lain, seperti Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas yang mampu memenangi kompetisi tingkat dunia.

“Maju dari kemampuan kita memenangkan berbagai lomba internasional, mulai dari olimpiade olahraga, festival film, nobel, berbagai macam ajang lainnya,” tutur Sri Mulyani.

Tak hanya itu, masih ada sektor lain yang bisa mendongkrak indikator ekonomi nasional seperti aspek fisik Indonesia seperti infrastruktur jalan raya, jalan tol, transportasi modern, dan kereta cepat yang terus dibangun oleh pemerintah.

Di samping itu, kata Sri Mulyani, pemerintah juga terus mempermudah akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan pendidikan yang berkualitas. Hal ini juga dilakukan sebagai syarat Indonesia untuk menjadi negara maju.

“Maju juga dilihat dari berbagai hal lain, apakah kotanya memiliki gedung tinggi. Apakah rakyat sudah memiliki akses internet dan listrik,” kata Menkeu Sri Mulyani.