Bagikan:

JAKARTA - Pegiat media sosial Denny Siregar menyebut mantan anggota Front Pembela Islam (FPI) sebagai provokator utama dibalik pembakaran masjid milik jemaah Ahmadiyah di Sintang, Kalimantan Barat (Kalbar).

Hal ini diketahui Denny karena sudah mendatangi langsung lokasi perkara dan bertemu dengan sumber-sumber terpercaya.

Denny menyebutkan, pembangunan masjid jemaah Ahmadiyah merupakan masalah lama di Sintang. Warga menolak karena bangunan tidak mengantongi izin mendirikan bangunan. Sayangnya, sumbu masalah ini tidak diselesaikan dengan baik sehingga celah konflik terbuka lebar.

"Dan celah inilah yang terus menurus dibakar oleh aliansi berbaju agama yang pentolannya adalah mantan kader-kader FPI, ormas yang kemarin dibubarkan oleh pemerintah. FPI boleh bubar tetapi spirit radikalismenya masih ada di dada sebagian orang," kata Denny dilansir VOI dari kanal Youtube CokroTV, Kamis, 9 September.

Berangkat dari masalah lama ini, mantan kader FPI lantas memprovokasi warga untuk melakukan perusakan masjid milik jemaah.

"Karena permasalahan pembangunan tempat ibadah ini enggak selesai-selesai akhirnya para pentolan mantan FPI itu memprovokasi masyarakat sekitar waktu Salat Jumat, membakar tempat ibadah ratusan orang kemudian bergerak dengan kemarahan dan kebencian karena diprovokasi oleh kadrun," terang Denny.

Beruntunglah, Polda Kalbar bertindak cepat dan tepat dalam menangani konflik ini. Amarah warga dan potensi meluasnya konflik hingga ke seluruh Sintang dapat diredam dengan cepat. Polisi dibantu dengan TNI langsung bergegas ke lokasi.

Perintah Kapolda Kalbar, kata Denny, jelas dan tegas. Tidak boleh ada satu nyawa dari jemaah Ahmadiyah yang melayang gara-gara peristiwa ini. Petugas gabungan kemudian membentuk benteng dan melindungi warga Ahmadiyah yang ada di lokasi.

Amarah warga dan pentolan ormas terlarang FPI ditangani dengan baik menggunakan strategi 'air mengalir.'

"Kemarahan ratusan orang diprovokasi ini dialirkan ke Masjid Ahmadiyah yang sudah lama enggak digunakan itu dengan terlebih dahulu dikosongkan. Jadi bukan polisi tidak berbuat apa-apa, polisi justru sedang mencegah kerusuhan yang lebih besar,"

"Masjid boleh dibakar karena bisa didirikan lagi, tetapi jiwa warga Ahmadiyah tidak bisa dibeli dan bisa dibilang operasi polisi itu berhasil karena tidak ada satupun korban jiwa," terang Denny.