JAKARTA - Ilmuwan Spanyol menggelar studi skala besar terkait virus corona baru penyebab pandemi COVID-19. Satu hasil penting yang didapat adalah hanya lima persen dari populasi Spanyol yang berhasil mengembangkan antibodi. Temuan ini membuktikan kekebalan kelompok atau herd immunity adalah hal yang tak mungkin dicapai.
Melansir CNN, Selasa, 7 Juli, temuan menunjukkan 95 persen populasi di Spanyol masih rentan terhadap COVID-19 meski negara ini dihantam hancur-hancuran oleh pandemi. Studi peer-review Spanyol dimulai pada April, yang mana saat itu Spanyol memberlakukan lockdown ketat. Penelitian dilakukan oleh lembaga penelitian dan epidemiologi pemerintah terkemuka.
"Saat ini herd immunity sulit dicapai tanpa menerima kerusakan jaminan dari banyak kematian dalam populasi yang rentan dan membebani sistem kesehatan secara berlebihan," tulis laporan itu.
Penulis utama studi, Marina Pollán, yang merupakan Direktur Pusat Nasional untuk Epidemiologi, menyatakan beberapa ahli telah menghitung sekitar 60 persen dari seroprevalensi dapat mencapai herd immunity. Namun keadaannya sekarang prevalensi antibodi di Spanyol sebesar 5 persen.
Laporan yang dikeluarkan tanggal 4 Juni menunjukkan prevalensi nasional Spanyol sebesar 5,2 persen. Laporan berikutnya yang diumumkan kepada publik pada Senin, 6 Juli, menunjukkan bahwa prevalensi nasional tetap di angka 5,2 persen.
Tetapi, wilayah metropolitan Madrid yang paling terpukul memiliki prevalensi lebih dari 10 persen. Sementara, Barcelona yang merupakan daerah perkotaan padat memiliki prevalensi 7 persen.
BACA JUGA:
Provinsi pesisir lainnya memiliki angka yang jauh lebih rendah. Spanyol telah menjadi salah satu negara di Eropa yang paling terpukul oleh COVID-19. Lebih dari 28 ribu kematian dari 250 ribu kasus COVID-19 terjadi di Spanyol.
Pusat Pengendalian Penyakit Eropa menyebut penelitian Spanyol pada sampel representatif nasional dengan lebih dari 61 ribu peserta nampaknya merupakan penelitian terbesar hingga saaat ini. Studi juga memperkuat studi antibodi yang melibatkan 2.766 peserta di Jenewa, Swiss. Studi tersebut diterbitkan Lancet pada 11 Juni.
Penelitian serupa juga dilakukan di China dan Amerika Serikat (AS). Kunci dari studi kedua negara adalah "sebagian besar populasi tampaknya tetap tidak terpapar" pada COVID-19. "Dalam terang temuan ini setiap pendekatan yang diusulkan untuk mencapai herd immunity melalui infeksi alami bukan saja sangat tidak etis, tetapi juga tidak dapat tercapai," kata Isabella Eckerle, Kepala Pusat Jenewa untuk Penyakit Berkembang dan Benjamin Meyer, seorang ahli virus di University of Geneva.
Dokter tidak yakin apakah memiliki antibodi terhadap COVID-19 dapat berarti seseorang tidak akan kembali tertular. Tidak jelas berapa lama atau seberapa baik antibodi melindungi orang dari virus corona.