Formula E di Negara Lain Berujung Rugi, Kenapa Anies Baswedan Ingin Kontrak 5 Tahun?
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat bertemu dengan CEO Formula E Alejandro Agag di New York (Foto: Instagram @aniesbaswedan)

Bagikan:

JAKARTA - Fraksi PSI DPRD DKI mempertanyakan keinginan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk menggelar Formula E selama 5 tahun kontrak.

Sebab, dari 24 kota di negara lain yang menyelenggarkan Formula E terhitung sejak tahun 2014, hanya 2 kota yang berhasil menyelenggarakan ajang Formula E selama 5 kali berturut-turut, yakni Berlin dan Mexico City.

“Kontrak 5 tahun untuk lima kali penyelenggaraan Formula E Jakarta ini problematik, tidak hanya membebani pemerintahan Gubernur selanjutnya tapi faktanya banyak negara yang cabut kontrak sebelum 5 tahun karena merugi,” kata anggota Fraksi PSI DPRD DKI Justin Untayana dalam keterangannya, Kamis, 9 September.

Diketahui, ada tiga kota yang mengakhiri kontrak Formula E padahal baru sekali menyelenggarakan, yakni Miami, Amerika Serikat; Moscow, Rusia; dan Montreal, Kanada.

Kota Miami menyelenggarakan Formula E pada tahun 2015. Namun, mereka memutuskan untuk mengakhiri kontrak setelah mendapatkan protes bahwa jalur Formula E dibangun di atas daerah konservasi lahan basah.

Di tahun yang sama, Kota Moscow juga mengakhiri kontrak karena masalah perizinan bagi penggunaan jalan, serta logistik.

Lalu, kota Montreal mengakhiri kontrak Formula E 2017 karena pemborosan APBD kota. Lalu, sejumlah UMKM lokal yang terlibat juga mengaku rugi karena jumlah penonton yang jauh dibawah prediksi.

“Permasalahan ini juga akan dialami Jakarta, dan ingat ini kondisi sebelum Pandemi COVID-19. Jadi, sulit membayangkan Formula E dapat dijalankan 5 kali berturut-turut,” tutur Justin.

Justin mempertanyakan mengapa Anies sejak awal mengklaim bahwa Formula E akan mendatangkan keuntungan finansial yang besar bagi Jakarta, sehingga berencana menyelenggarakan selama 5 tahun.

“Belajar dari negara lain, kita bisa lihat Formula E itu proyek rugi, karena itu kami terus menagih revisi studi kelayakan Formula E yang juga belum disampaikan Pemprov DKI dan Jakpro. Untuk apa dijalankan kalau sudah tau rugi, kalau yakin untung, ayo paparkan hasil analisanya. Dari mana dan berapa besar keuntungannya?” cecarnya.