Perusahaan Tambang Asal China Bakal Kesulitan Ekspansi di Australia dan Kanada
Ilustrasi. (Foto: Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan tambang asal China dipastikan akan kesulitan ekspansi ke negara-negara kaya akan sumber tambang seperti Australia dan Kanada. Pasalnya, dua negara tersebut tengah memperketat investasi asing untuk sektor tambang.

DIketahui, dua perusahaan China yakni Shandong Gold Mining dan Zijin Mining Group telah mendorong gelombang akuisisi dari Kanada ke Amerika Selatan, lalu ke Afrika Selatan tahun ini.

Namun Kanada dan Australia baru-baru ini memperketat pembatasan investasi bagi perusahaan asing. Kedua negara itu mengaku khawatir tergelincirnya ekonomi akibat pandemi COVID-19 akan membuat perusahaan asing itu mudah mencaplok aset-aset strategis.

Sebenarnya tidak ada negara yang disebutkan secara gamblang dalam pembatasan aturan itu. Namun beberapa pihak menyebutkan, peraturan tersebut mengarah pada gencarnya ekspansi perusahaan tambang asal China.

"Kekhawatiran itu hampir seluruhnya terkait dengan China," ujar Gordon Houlden, mantan diplomat Kanada yang berpengalaman di China dan saat ini memimpin University of Alberta’s China Institute dikutip dari Reuters, Selasa 7 Juli.

Sejumlah bankir dan analis menilai pembatasan itu akan mengurangi minat transaksi di sektor mineral strategis. Penawaran akuisisi yang dilakukan perusahaan China terhadap perusahaan lithium Australia akan menghadapi tekanan akibat peraturan itu.

Sementara bulan lalu, Goldsea Group China telah menghentikan penjajakan terhadap penambang emas Alta Metals setelah Dewan Peninjau Investasi Asing Australia (FIRB) membutuhkan banyak waktu untuk meninjau kesepakatan.

Graeme Testar, Direktur PCF Capital Group di Perth mengatakan, keputusan FIRB itu sangat mengecewakan karena penjajakan itu terkait dengan emas.

"Emas tidak masuk dalam daftar mineral kritis," katanya.

Bulan lalu, FIRB mengatakan akan menyaring semua transaksi yang melibatkan investor asing yang tertarik mengakuisisi bisnis yang sensitif terhadap keamanan nasional tanpa melihat nilai transaksinya.

Pada April, badan ini telah memblokir dua investasi yang dilakukan dua penambang China ke sektor mineral kritis yakni lithium dan kobalt yang banyak digunakan di bidang teknologi tinggi seperi energi terbarukan, baterai kendaraan listrik dan pertahanan.

Beberapa bankir mencermati, FIRB bisa memblokir perusahaan China, Tianqi Lithium Corp untuk menjual sebagian dari 51 persen sahamnya di Greenbushes Australia, tambang lithium terbesar di dunia, kepada pembeli China.

"Pembeli China terus menunjukkan minat dan bersedia menghadapi pembatasan FIRB yang meningkat," kata Sherif Andrawes, Kepala Sumber Daya Alam global BDO.

Sementara Kanada mengatakan akan mengawasi semua investasi yang melibatkan perusahaan pelat merah negara asing. Itu dilakukan untuk mengatisipasi risiko yang semakin besar terhadap keamanan ekonomi dan nasional.

Eksplorasi Domestik China Dibatasi

David Bo, mantan manajer Ivanhoe Mines mengatakan, para penambang China sedang mengincar penawaran di luar negeri karena adanya pembatasan eksplorasi domestik,

Shandong Gold sedang menunggu persetujuan untuk akuisisi TMAC Resources yang terdaftar di Toronto, yang mengoperasikan tambang emas di wilayah Nunavut di Arktik Kanada. Pemegang saham TMAC menyetujui kesepakatan itu bulan lalu. Tetapi lokasi Kutub Utara dari tambang Hope Bay TMAC dinilai menimbulkan kekhawatiran.

"Ada peluang yang sangat tinggi, Kanada memblokir akuisisi," kata Jonathan Miller, wakil direktur dan rekan senior di Macdonald-Laurier Institute yang berbasis di Ottawa.