Gegara Teori Konspirasi 10.000 Orang Melbourne Tolak Tes COVID-19
Ilustrasi kota Melbourne, Australia (Photo by Kon Karampelas/Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Lebih dari 10.000 orang di Melbourne, Australia menolak untuk menjalani test pemeriksaan COVID-19. Alasannya sebagian besar dari mereka meyakini jika virus corona merupakan sebuah konspirasi belaka. 

Menteri Kesehatan Negara Bagian Victoria, Jenny Mikakos mengatakan jika ribuan warga itu menolak kehadiran petugas medis yang datang untuk melakukan pemeriksaan dan tes COVID-19. Berbagai macam alasan dilontarkan mereka untuk menolak tes, termasuk di antaranya yang mengaku sudah pernah menjalani swab test COVID-19.

"Ini mengkhawatirkan menurut laporan yang saya terima, beberapa orang percaya kalau virus corona adalah sebuah konspirasi atau merasa corona tidak berdampak untuk mereka," ungkap Jenny Mikakos seperti dikutip dari Telegraph, Sabtu, 4 Juli.

Hingga saat ini, negara bagian Victoria dengan ibu kota Melbourne mencatat 442 kasus aktif COVID-19, termasuk 6 orang di antaranya telah mendapat perawatan intensif. Bahkan pemerintah setempat telah menganggarkan dana tambahan 2 juta dollar Australia atau sekitar Rp20 miliar untuk dana kesehatan mental bagi warga yang tinggal di kawasan hotspot dan rawan penularan COVID-19.

Menurut Jenny, ada lebih dari 300.000 warga yang tinggal di Melbourne terdampak pemberlakuan pembatasan wilayah atau lockdown. Beberapa wilayah di antaranya bahkan menyumbang kasus positif infeksi COVID-19, seperti Craigieburn, Donnybrook, Mickleham, Roxburgh Park, Kalkallo, Kensington, Flemington, Broadmeadows, Dallas, Jacana and Fawkner. 

Pihaknya juga tengah menyelidiki, kemungkinan seorang 'super spreader' yang menjadi penyebab meningkatkan kasus penularan baru virus corona di Kota Melbourne. Istilah 'super spreader' sendiri merujuk pada orang tanpa gejala (OTG) yang dapat menularkan virus corona kepada banyak orang dalam waktu singkat dan biasanya memiliki kekebalan tubuh tinggi. 

Hal ini merujuk pada, kenaikan dua digit angka kasus baru infeksi COVID-19 secara berturut-turut dalam 24 jam terakhir. Tercatat ada 66 orang yang tertular virus corona, dari jumlah tersebut 17 kasus di antaranya terkait dengan klaster yang pernah ditangani pemerintah dan selebihnya masih diselidiki. 

"Pada hari Selasa, saya diberi pengarahan tentang laporan pengurutan genom yang tampaknya menunjukkan sepertinya ada satu sumber infeksi yang menyebabkan kasus baru dan telah melintasi pinggiran utara dan barat Melbourne," kata Jenny.

"Tampaknya bahkan ada potensi bahwa penyebab peningkatan kasus ini adalah seorang super spreader," imbuhnya. 

Meski begitu, konsep super spreader adalah salah satu dari beberapa teori yang sedang diselidiki oleh otoritas kesehatan Australia saat ini. Pemerintah Victoria juga telah memberlakukan aturan karantina wilayah yang menjadi hotspot penyebaran virus corona, mengikuti protokol kesehatan dari organisasi kesehatan dunia (WHO).