Bagikan:

JAKARTA - Menjalani gaya hidup sehat tak menjamin seseorang kebal dari virus corona. Ahmad Ayyad buktinya, salah seorang atlet asal AS, mengidap COVID-19 cukup parah. Penyakit yang membuat berat badannya menyusut ini membuatnya hampir tak mengenali dirinya sendiri. 

Ayyad merupakan seorang atlet yang punya berat badan 97 kg. Setelah mengalami koma 25 hari karena COVID-19, tubuhnya menjadi kerempeng.

"Saya bangun dan melihat lengan dan kaki saya otot-ototnya menghilang," kata Ayyad dikisahkan CNN. "Saya panik, kemana kakiku pergi?"

Sudah dua bulan lebih sejak ia dirawat. Kini ia masih dalam masa pemulihan. Ayyad harus merawat kerusakaan paru-paru dan jantungnya.

Kejadian yang dialami Ayyad membawa pesan kepada orang-orang yang menolak menggunakan masker dan menjalani protokol kesehatan lainnya: jangan menganggap sepele virus corona. "Saya khawatir melihat orang-orang menganggap enteng hal ini," ujarnya.

Awal mula

Ayyad adalah orang yang punya kesibukan ekstra. Ia adalah seorang atlet pelari. Perlombaannya mencakup marathon dan halang rintang. Setiap minggu ia juga rutin mengambil kelas bola basket dan tinju. 

Memiliki badan bugar tak membuat Ayyad terhindar dari COVID-19. Hanya dalam seminggu, kehidupannya berubah. 

Mulanya ia merasakan badannya sangat lemah. Manaiki tangga saja ia kepayahan. Begitu pula memasak, berbicara dan mengemudi.

Setelah itu ia mulai bersin-bersin dan batuk. Puncaknya adalah ketika ia merasakan demam tinggi, kehilangan energi dan nafsu makan dan kesulitan bernafas. 

Sebelumnya Ayyad menganggap gejala itu hanya flu biasa. Namun salah seorang teman menyuruhnya pergi ke rumah sakit pada 15 Maret. Kecurigaannya tak meleset, Ayyad positif COVID-19. 

Kondisi Ayyad memburuk. Ia dipasang ventilator dan dipindahkan ke Rumah Sakit Johns Hopkins di mana ia mengalami koma. Ayyad menjadi pasien COVID-19 ketiga di rumah sakit dan yang pertama menggunakan ventilator. 

Setelah dirawat

Usai perawatan, berat badan Ayyad turun 27 kg. Maklum, selama hampir satu bulan ia tidak pernah makan makanan padat. 

Ayyad masih teringat ketika pertama kali makan apple sauce, itu makanan padat pertama yang ia santap. "Gigitan pertama itu, rasanya sangat memuaskan. Sebelum saya sadar bahwa saya lupa bagaimana caranya menelan," katanya. 

Bukan cuma itu, Ayyad juga harus kembali belajar bicara dan berjalan. Setiap hari Ayyad mencoba hal baru. Pertama ia mulai belajar menggerakan kaki dari tempat tidur. Setelah bisa bangkit dari dari tempat tidur, ia kemudian belajar jongkok dan berjalan.

Ayyad baru diperbolehkan pulang pada 22 April. Dampaknya masih berbekas. Setelah sembuh ada gumpalan darah di lengan kirinya. Sementara paru-paru dan jantungnya mengalami kerusakan.

Sedikit demi sedikit ia mulai bisa berlatih tinju, bermain basket. Ia berharap kembali bisa berlari maraton. Namun ketakutannya terhadap virus masih menghantuinya. 

"Orang-orang bertingkah seolah (virus corona) sudah pergi. Padahal tidak. Pakai maskermu! Jangan berkumpul dalam kelompok besar. Jaga dirimu dan orang-orang di sekitarmu," kata Ayyad.