JAKARTA - Aplikasi pengujian atau skrining mandiri Corona Likelihood Metric (CLM) telah diterapkan di beberapa sekolah yang akan melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) guna mengetahui kondisi terkini siswa dan guru.
CLM ditujukan untuk membantu setiap orang mengukur risiko kemungkinan positif COVID-19 dan merekomendasikan apa yang harus dilakukan.
Sejumlah sekolah di Jakarta Pusat sudah menerapkan kewajiban mengisi kondisi kesehatan guru dan siswa melalui aplikasi CLM tersebut, sebagai salah satu syarat dalam "assesment" yang harus dipenuhi sebelum melaksanakan PTM terbatas.
"Bahkan sebelum PTM terbatas dilakukan, kami sudah menerapkan CLM untuk mengetahui kondisi kesehatan guru dan siswa sejak PTM uji coba pada April lalu," kata Kepala Sekolah SMKN 2 Jakarta Murni Astuti kepada wartawan, Selasa 31 Agustus.
BACA JUGA:
Murni menjelaskan, sebelum PTM terbatas pada Senin 30 Agustus, kemarin, Komite Sekolah telah mengimbau agar siswa dan orang tua dapat mengisi kondisi terkini kesehatan mereka, mulai dari suhu tubuh, hingga gejala flu dan batuk.
Pengisian data kesehatan dalam skrining mandiri CLM itu dilakukan setiap minggu untuk mengetahui kondisi terkini siswa dan guru.
"Setiap minggu kita update. Kemarin sebelum PTM terbatas hari Senin juga kita sudah kasih ke anak-anak (siswa) mohon diisi, saat rapat orang tua murid juga kami imbau agar mereka membantu mengisi sehingga kami ada data," katanya.
Sementara menurut Guru di SMAN 77 Jakarta, Mulyono, pihak sekolah harus mengetahui betul kondisi siswa melalui CLM.
"Sebelum PTM itu, kami kirimkan dahulu 'google form' ke peserta didik dan orang tua untuk mengisi 'assesment'. Di situ banyak sekali pertanyaannya, dari segi kondisi kesehatan. Dari situ kamu tahu kondisinya untuk kami rekap," ujarnya.
Adapun aplikasi Corona Likelihood Metric (CLM) merupakan aplikasi skrining mandiri berteknologi machine learning yang dibuat oleh Pemprov DKI Jakarta.