Bagikan:

JAKARTA - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memaparkan sudah ada 2.321 temuan varian baru COVID-19 di Indonesia sejak pemeriksaan tahun 2020 hingga tanggal 29 Agustus.

Budi mengaku munculnya varian of concern (VOC) COVID-19 yang bermutasi ini tak bisa dikontrol oleh pemerintah, baik di Indonesia maupun negara lain di dunia.

"Ini di luar kontrol kita. hampir semua negara yang kenaikannya tinggi termasuk Indonesia itu disebabkan karena adanya mutasi baru," kata Budi dalam konferensi pers virtual, Senin, 30 Agustus.

Temuan varian baru ini dilakukan berdasarkan pemerikasaan whole genome sequencing (WGS) 5.788 spesimen kasus konfirmasi positif COVID-19.

Dari temuan 2.321 VOC di Indonesia, mayoritas adalah varian Delta (B1617.2) sebanyak 2.240 kasus. Kemudian, ada temuan 64 varian Alfa (B117), 17 varian Beta (B1351, B1351.2, dan B1351.3).

Menkes Budi mengaku, penularan varian baru COVID-19 ini sulit ditebak. Sebab, semakin lama suatu menunda vaksinasi, pasti di suatu daerah terjadi penularan COVID-19 dan varian baru itu timbul karena adanya penularan.

"Sulitnya varian baru ini di luar kemampuan kita untuk mencegah agar tidak terjadi. Yang penting kita bagaimana kita bisa bereaksi kalau ini ada," ungkap Budi.

Sampai saat ini, tercatat sudah ada 4.079.267 kasus konfirmasi positif di Indonesia dengan pertambahan 5.436 kasus pada tanggal 30 Agustus 2021.

Ada pun kasus aktif sampai saat ini sebanyak 203.060 kasus. Lalu, terdapat pertambahan 19.398 kasus sembuh, sehingga totalnya sebanyak 3.743.716 kasus. Kemudian, ada penambahan 568 kasus meninggal dan totalnya sebanyak 132.491 kasus.

Per hari ini, sudah ada 62.294.896 orang yang menerima vaksinasi dosis pertama dan 35.314.460 vaksinasi dosis kedua. Sementara, target sasaran vaksinasi di Indonesia sebanyak 208.265.720 orang.